Masjidil Nabawi
Pada hari pertama, aku yang masih berada dalam masa haid hari terakhir
mengira takkan bisa ikut sholat Shubuh di Masjid Nabawi, tapi karena
kamar mandi di Hotel penuh, aku ikut bersama ibu-ibu sekamar untuk ke
Masjid, niatnya numpang mandi wajib. Tepat saat yang lain bersiap untuk
sholat karena adzan sudah berkumandang, aku malah sibuk mandi dengan
santai dan mengira akan menyusul sholatnya. Ternyata begitu aku selesai
mandi, sholat berjamaah belum dimulai karena selang waktu antara adzan
dengan iqomat jaraknya jauh sehingga memungkinkan jemaah untuk sholat
sunnah beberapa kali. Masha Allah... aku masih diberi kesempatan untuk
sholat berjamaah ternyata :") Melihat keindahan Masjid Nabawi, jiwaku
tak bisa mengelak, berada di dalamnya memang seolah jarak antara kita
dengan Sang Khalik menjadi 1000x lebih dekat, dan ada ketenangan yang
luar biasa disana. It felt magical, indeed.
Berada di Madinah, seolah ada magnet yang menarik kita untuk terus
kembali ke Masjidil Nabawi. Padahal sebelumnya, aku hampir tidak pernah
browsing tentang bangunan Masjid ini, jadi segala keindahannya
benar-benar menjadi kejutan yang menyenangkan bagiku. Bukan hanya
keindahan bangunannya, tapi juga keindahan aura yang terpancar di
sekitar Mesjid, terasa menyejukkan dan menenangkan. Menghabiskan sisa
waktu di Masjid pun menjadi sesuatu yang sangat nyaman untuk dilakukan.
Dan karena ini Masjid, maka yang kita lakukan untuk mengisi waktu pun
tak jauh-jauh dari ibadah. Kalau bosan sedikit, membuka Al-Quran dan
membacanya, atau sholat sunnah, dan menjaga diri dari pembicaraan yang
kurang bermanfaat. Seolah setting dalam diriku ditata ulang dan
aku merasa diperbaharui setiap kali berada disana.
Di Masjid ini, para Jamaah biasanya sudah stand by di Mesjid minimal satu jam sebelum sholat wajib untuk mencuri tempat yang paling nyaman atau dekat dengan makam Rasulullah. Jadi, bukannya adzan yang menunggu kita, tapi kitalah yang menunggu adzan. Padahal awalnya
kukira aku hanya akan ke Mesjid untuk sholat wajib saja, ternyata
setelah berada disana, memang tidak mungkin untuk tidak merasa betah di
Masjid-nya Rasulullah SAW ini. Tidak jarang aku menyelinap dari hotel
sendirian untuk pergi ke Mesjid Nabawi, alhamdulillah jaraknya cukup
dekat dengan berjalan kaki, jadi bisa sesuka hati kesana.. :")
Raudhah
Pagi harinya, kami melakukan raudhah, yaitu ziarah ke makam Rasullullah SAW, dan kedua Sahabatnya, Abu Bakar dan Umar bin Khattab. Aku pun terpisah dari rombonganku karena jemaah begitu penuh, dan aku bermodalkan buku tuntunan yang kupegang memberanikan diri untuk lanjut melakukan raudhah, sambil mencuri dengar petunjuk dari ustadzah tim lain di sekitarku. Alhamdulillah, cukup untuk membimbingku berhasil melakukan raudhah sendiri. Antusiasme dan semangat untuk melihat makam Nabi Munammad SAW begitu besar, meski agak berbahaya karena orang-orang harus menggencet kanan kirinya atau tak sengaja menyandung orang yang sedang sholat sunnah di depan makam Nabi SAW. Padahal sudah ada di buku tuntunan, "jika menyakiti orang lain, sebaiknya jangan memaksakan diri mendekati bangunan makam, masuk wilayah raudhah dan sholat sunnah sudah cukup." Meski sebagian besar isinya orang paruh baya, mereka tetap berebut masuk dengan hebohnya. Dimaklumi memang karena mungkin kerinduan akan Nabi Muhammad SAW sudah begitu besar, tapi alangkah baiknya kalau orang-orang yang raudhah bisa lebih memikirkan orang-orang sekitarnya dan menjaga keselamatan satu sama lain. :")
Wassalamualaikum. Wr. Wb.
0 komentar:
Post a Comment