Wednesday, September 22, 2010

Day #3 About Us

This post is dedicated to you. Yeah, you, even though I know you will never read this post. Never.

We met. We introduced ourselves to each other. We talked a lot. We shared everything. A long-distance separates us. But I don't care. I love you. I don't know why. I felt really happy when you called me using that 'nickname'. I felt really happy when you attacked me with a lot of PING or BUZZ on BBM Messenger. I felt really happy when we finally met again, and you smiled. And I smiled. And we both smiled in embarrassment. I love the awkwardness between us. I love our laughter. I love our jokes. I love our time. I love you. That's it. I never want to ask for more. Never.

When you finally had a girlfriend, I still loved you, but our laughter was not as loud as it used to be. We don't talk anymore. I'm walking away. But it doesn't mean I don't care! I realized that my presence in your life would only hurt someone else. Someone who also loves you just like me. And I don't want to compare my feeling with hers.

This is not a goodbye nor the end of our friendship. I just need time to recover from my broken heart. May you always be happy, Mr. Wordless.

Mr. Wordless send me this at the last moment we talk.
Beautiful view in his hometown. Thank you.

Day #2 Mengenai Galau

Sakura Haruno from Naruto

Galau. Mungkin adalah salah satu hal paling menyebalkan selain menunggu dan dibohongi. Menurut penelitian yang dilakukan oleh gue sendiri (melalui metode penelitian yang paling ampuh yaitu dengan mengalaminya sendiri) galau sering kali muncul dikarenakan rasa kangen yang besar. Benar-benar besar #teoringasal.

Waktu galau sendiri menurut Dr. Raditya Dika adalah saat malam tiba. Yang lebih menyebalkan lagi, galau adalah penyakit yang menyerang semua kalangan manusia. Terutama manusia yang dilanda kasmaran. Orang yang sedang dilanda kasmaran, biasanya akan mengalami rasa kangen yang berlebihan terhadap seseorang yang ditaksirnya. Lalu di saat-saat itulah dia akan galau.

Meski gue bilang kalau galau adalah hal yang paling menyebalkan, tapi faktanya, kebanyakan orang justru suka untuk terlarut-larut di dalam perasaan ini. Perasaan sedih, kangen, bimbang, bertanya-tanya, yang bercampur satu, menimbulkan sensasi unik yang membuat beberapa orang kecanduan untuk terus bergalau ria. Apalagi kalau mereka punya Twitter, Facebook, atau Sosial Media lainnya untuk menulis isi hati, maka kegalauan mereka akan semakin besar. Si Galau akan membuat penderitanya saling berlomba-lomba menyampaikan isi hatinya di Sosmed. Hal ini dikarenakan, mereka para penderita galau, ingin dunia tau kegalauan mereka. Lebih lebih lagi, mereka ingin orang yang menyebabkan kegalauan itu, membaca tulisan mereka dengan harapan "Siapa tahu abis baca status gue, dia langsung sadar terus nembak gue." >> ini fakta.

Pada saat galau, seseorang yang bukan penulis pun bisa menciptakan kata-kata puitis yang indah. Apalagi kalau didekatnya mengalun lagu-lagu sedih, maka semakin liarlah imajinasi mereka. Ditambah lagi kalau hujan turun, di malam hari yang sepi, di antara musik-musik sendu melayu (nggak mesti melayu juga sih), maka si Galau ini akan makin menjadi-jadi. Semakin malam, semakin liarlah si Galau itu.

Sebenarnya ada cara untuk terlepas dari perasaan galau, yaitu dengan berusaha mencari kesibukan dan bukannya berdiam diri. Tapi seperti yang gue bilang, kebanyakan orang membenci, tetapi juga menikmati perasaan galau itu. Dan justru dengan sengaja memutar lagu sendu untuk memancing air mata mereka. Dan mungkin karena saat galau adalah saat dimana kita paling mengingat orang-orang yang berharga bagi kita, sehingga kita sengaja tidak ingin terlepas dari perasaan itu. Meski kita telah bertekad untuk "Forget it and Move on" sekalipun, tetap saja, perasaan itu akan datang lagi dan lagi kepada kita. 

Tuesday, September 21, 2010

Day #1 A Father

"Sepasang burung itu lalu menutup sarangnya dengan selembar daun untuk melindungi anak-anak mereka. Setelah itu mereka ikut masuk ke sarang dan saling menghangatkan diri." - Papa

Gue masih sangat ingat cerita itu. Terakhir kali Papa mendongeng kisah keluarga burung ini adalah saat gue berumur 10 tahun. Lalu ia akan menyelimuti gue, Mas Inu, dan De Nanda, setelah sebelumnya memberikan kami botol berisi susu sebelum tidur *yep, gue masih ngedot sampai umur 10 tahun* kemudian dia akan tidur disamping kita seperti ayah burung yang diceritakannya.

Setiap hari, kita bertiga tidak bosan untuk meminta pengulangan cerita keluarga burung itu. Kadang Papa juga menceritakan kisah anak kecil yang tubuhnya sebesar jempol, lalu hidup di dalam batok kelapa. Katanya, saat ia kecil, Mbah Putri Blitar, ibunya Papa, juga menceritakan kisah itu kepadanya sebelum tidur.

Setiap pagi, kita bertiga dan Mama selalu mengeluh tentang banyak hal. Kadang, kita mengeluhkan tentang Papa. Kita melupakan banyak hal yang ia lakukan dan hanya terus mengeluh. Dengan sikap buruk kami yang seperti itu, ia bahkan masih menciptakan lagu cinta untuk keluarga kecilnya yang kurang bersyukur ini.

As a father, he might be not the best. But as my father, he is beyond incredible.

Tuesday, August 17, 2010

I Really Miss My 'Zonk' Family

I just wanna explode my feeling.

I MISS MY MABIT FRIENDS SO MUCH!

It's been almost a week I haven't meet them again. I miss every single zonk thing that we've ever done. And I've been spending the night remembering the good old times with them (what a waste of time, yea I know)

- I miss Tari's cleverness 
And she uses her clever brain to do absurd things which always makes me laugh, like... doing banana dance, and the way she said 'I'm cooler than you.'

- I miss Maya's cheek and her funny laughter 
I want to pinch her cheek as much as I want in a day. I miss the way she always laughs at something that... actually not funny 😅

- I miss Mia's beauty class
I miss the way she explains to us how to keep our face healthy. The way she rolled her eyes when we did weird things is fun too.

- I miss Tyas's random curhat
She always tells me about her problems, from the simplest thing until the hardest ones. We really do have a lot of things in common after all

- I Miss Bunda Dewi's gentleness
I miss the way she told me some weird jokes and the way she treated us like we're really her children 

- I miss Mami Fitri's poker face
I miss her cool attitude and the way she called me 'Chacha Maricha hey hey' and how naturally good her voice sounds when she sings

- I miss Gadis's wisdom
I miss her wise words and her voice. And how she always comes up with brilliant ideas when it's needed

- I miss Helda's late laughter 
She always late to laugh at the jokes that we made and that's utterly funny 

- I miss Nindy's shyness
I miss her awkwardness and how she tried to say what's on her mind to us

I miss Aroma, I miss Mabit, I miss Zonk seniors : Kak Hendry, Kak Usman, Kak Jaka, Kak Khodija, Kak Farce, Kak Fatimah, Kak Risa... and other zonk teachers which I can't mention one by one.

I miss Mabit!!!


Okay.. enough. I guess you get the point. I'm desperately missing every single one of you guys.
Can we meet again and have some random Jdrama marathon?

Friday, August 13, 2010

We Are Young... So What?

Most of the young people nowadays always say, "We are young, we are teenagers. We don't do the right things. We will do the right things when we get older. Now, all we wanna do is have fun. It's our freedom. It's our world..."

My question is.... Are you sure you will still be alive tomorrow? Wait, tomorrow is too long. Are you sure you will still be alive TONIGHT? Nggak ada yang tau umur manusia. Kapan kita mati. Hanya karena kita merasa masih muda, bukan berarti kita merasa santai aja melakukan kesalahan terus-menerus. Yeah, making mistakes is part of our lives... but what we're talking about in here are people who are making mistakes over and over and over again and never try to fix themselves.

Intinya, banyak orang yang menunda-nunda melakukan kebaikan karena merasa, mereka masih punya waktu yang panjang untuk hidup. Padahal nggak seorang pun dari kita yang tau kapan kematian akan menjemput. It's okay to enjoy your life in your own way, but keep it in the good way. Wouldn't it feel much better to be able to do great things and beneficial for others while we're young and have our full energy?

Have a nice day!

Monday, August 2, 2010

Mulutku Harimauku

I learned something today... When I'm in a really bad mood, I can stay quiet longer than people thought. Act like I'm cool and only give a fake smile to people.

But, once I open my social media such as Twitter or Plurk... Disanalah gue akan jadi sangat-sangat jujur dalam mengungkapkan isi hati. Baru saja terjadi lagi hari ini. Gue yang sedang dilanda resah dan gelisah karena masalah berjibun jadi lepas kendali and I was like blaming it to everybody. I'M  PATHETIC!

Bukan satu atau dua orang saja yang mungkin hari ini sudah tersinggung dengan komentar dan status sembarangan gue di social media... Haha maaf. This is me, bocah labil yang nggak bisa menahan emosi.

Marah karena rencana yang mungkin akan gagal dan gue menyalahkan orang-orang disekitar dengan egois tanpa memikirkan kepentingan mereka... What a loser you are, Andria!

Dan karena sikap jelek banget yang seperti itu, banyak yang merasa nggak enak, merasa bersalah, dan meminta maaf sama gue. Oh, come on guys. It wasn't your fault. It was me 😞 And yes... Gue baru menyadari hal itu disaat gue selesai melakukan semua kesalahan itu. What a Jerk! 

Well, at least I've found out how to handle these problems. 

NEVER. OPEN. MY. SOCIAL. MEDIA. WHENEVER. I AM. IN. BAD. MOOD!

Jadi, mulai waktu selanjutnya, kalau saya badmood lagi... sebaiknya saya buang HP jauh-jauh. Semoga bisa deh. Amin.

Maaf atas jari yang nggak bisa jaga sikap ini T_T

Friday, July 23, 2010

Tentang Kadep-kadepan Ini...

Actually, I've been busy these days. And most of my time have been spent in Mabit Nurul Fikri. Ahh ada banyak cerita seru sebenarnya, tapi nggak akan cukup satu judul doang *lebih tepatnya.. gue males 😝

Nah, beberapa hari yang lalu diadakan Dauroh Pengajar Mabit Nurul Fikri. Singkatnya, ini pelatihan buat calon pengajar baru untuk generasi Mabit 2011. Otomatis gue yang udah mendaftar harus ikut dan di Dauroh itu jugalah ditentukan struktur pengajar dan jabatan-jabatan baru untuk kepengurusan Mabit 2011. Dan dari situ juga dipilihlah Kepala Departemen (Kadep) untuk masing-masing Departemen di Mabit 2011.

Dan... entah bagaimana... gue dipilih jadi salah satu Kadep itu, yakni Kepala Departemen Linguistik 2011. Yak... Kepala Departemen... Ketua Departemen... Pemimpin Departemen...

WHAT ON EART WAS HAPPENING??? I'M NOT EVEN A GOOD SPEAKER!! AND THEY CHOSE ME AS A LEADER? LEADER? LEADER...???!!!!!!

Okay, that was too much maybe... but seriously, I'm scared. Really really scared.

Gue udah tau dari lama desas-desus gue akan dipilih jadi Kadep, tapi gue pikir that was a joke atau akan ada orang lain yang jauh lebih baik yang bisa dipilih sebagai Kadep. Bukan bermaksud merendahkan diri, tapi gue emang merasa belum cukup baik dari segi sifat, ilmu, sikap, dan akhlak untuk menjadi seorang Kepala Departemen. Apalagi Mabit. Suatu organisasi yang menurut gue termasuk hebat dan penuh orang-orang luar biasa.

Awalnya gue mau menolak terus menerus tawaran itu karena gue merasa takut dengan tanggung jawab yang terlalu besar. Tapi, lalu... Kak Dion, Bang Jaka, Kak Ardi, mereka mengatakan hal-hal yang meruntuhkan iman untuk mundur...

"Kalau kita nggak berani mengambil resiko, kita nggak akan pernah belajar. Kalau kita terus takut, kita nggak akan maju kemana-mana. Percaya deh, banyak yang akan membantu kamu. Kamu hanya harus percaya sama diri kamu sendiri. Jangan egois karena ketakutan kamu. Kamu pasti bisa. Bahkan mungkin tugas Kepemimpinan ini akan membuat kamu belajar dan justru membuat kamu menjadi orang yang lebih baik. Kamu cuma harus percaya sama diri kamu sendiri dan yakin." 

Yah, lalu gue berpikir. Iya ya, apa gue ambil aja tanggung jawab ini. Mungkin gue akan bisa belajar. Gue juga nggak mau egois dan jadi cemen. Yep, that was what I thought.

Tapi lalu ada hal lain juga yang mengganggu gue. 

"An, this is not a movie where you can take a chance bravely and make everything goes well. Lo kira segampang itu? And btw, don't forget... you're such a childish person. Pikiran lo masih dangkal. There is no way to be a leader. At least not now. Lo belum pernah jadi pemimpin dan tiba-tiba dikasih tanggung jawab besar menjadi Kepala Departemen. Itu bukan tugas main-main. Lebih efektif kalau lo belajar dari hal-hal kecil dulu, dan bukannya langsung jadi Kadep."

Yep, gue sangat setuju dgn pikiran itu. Tapi... justru kedua pendapat itu membuat gue bimbang dan berpikir : "Sebenernya apa sih pemimpin itu? Sebenernya apa sih yang harus gue lakukan untuk bisa belajar? Apakah salah kalau gue langsung mengambil langkah dengan menerima jabatan sebagai Kadep, padahal jadi Kakak Asuh aja masih merasa kurang." 

Tapi karena gue udah mengambil keputusan, gue nggak bisa menyesalinya.

TAKUT!

Gue akui itu. Gue merasakan kekhawatiran bahwa diri ini belum cukup punya modal untuk menjadi pemimpin. Tapi, salahkah orang yang nggak punya modal seperti gue berusaha untuk PD dan berani mengambil langkah itu? Ataukah memang benar bahwa gue harusnya menunggu dan belajar pelan-pelan untuk melalui tahap demi tahap suatu perkembangan? Apakah salah kalau gue langsung melompati beberapa tahap perkembangan itu? Tapi, bukankah mungkin dalam proses gue berusaha menjadi Kadep itu nanti, gue akan belajar? Tapi apakah itu yang dibutuhkan sebagai seorang pemimpin? Bukankah pemimpin harusnya adalah orang yang udah siap dari awal dengan segala modal dan kesanggupan? 

Lalu... salahkan kalau orang yang belum cukup mampu seperti gue menjadi pemimpin dan belajar pelan-pelan selagi menjalankan tugas itu? Ataukah sebenarnya pemimpin yang dibutuhkan bukanlah pemimpin yang masih dalam tahap belajar? Ah muter-muter aja terus disitu, An! 😡