Saturday, November 18, 2017

Hidup tanpa Handphone

It's been more than two weeks since my cellphone broke and I'm too broke to fix it. Oh well...

Awalnya, hidup tanpa Handphone terasa menyebalkan. Nggak bisa buka Instagram dan menghabiskan waktu berharga hanya untuk scrolling feed. Nggak bisa buka Twitter dan melihat update terbaru dari artis-artis Jepang favorit. Nggak bisa buka YouTube di tengah malam unuk nonton reaction video Attack on Titan terbaru (lagi obsessed banget nonton orang-orang shock jiwa pas nonton episode pertamanya wkwk), nggak punya pengalih perhatian saat harus menunggu di tempat umum, nggak bisa menghubungi teman-teman atau keluarga saat ada keperluan yang darurat... Selama tiga hari hidup terasa sangat menyebalkan dan hampa.

Iya... hanya tiga hari. 

Hanya tiga hari waktu yang gue butuhkan untuk terbiasa. Ketika akhirnya Handphone gue udah bener lagi dan bisa buka berbagai sosmed itu, gue malah bingung. Apa yang menarik disini? Apa yang ingin gue lihat? Gue nggak lagi menemukan kesenangan yang berlebih dalam menggunakan Handphone. Satu-satunya yang gue sesalkan adalah nggak bisa membuka WhatsApp karena disitulah gue paling sering berkomunikasi sama teman-teman gue, atau paling enggak menonton mereka dalam diam saling berkomunikasi satu sama lain di grup WhatsApp 😁

Meski nggak lagi bisa melihat berita terbaru dari teman-teman sepanjang waktu, gue merasa lebih mampu menjalani hidup dengan nyata, merasa lebih seperti manusia. Gue nonton konser Sheila on 7 dengan penuh semangat, nggak kecewa karena nggak harus mengabadikan moment yang bagus, nggak ada keinginan untuk memotret bapak-bapak Yogyakarta itu demi dapat membaginya di social media, yang ada hanya ingin bernyanyi dan berteriak-teriak sepanjang lagu, menikmati waktu.

Tentu saja gue masih sangat memerlukan Handphone untuk bekerja dan berkomunikasi, tapi gue merasa hidup sedikit lebih nyata ketika gue nggak harus terpaku pada apa yang ada di layar handphone. Hal yang sekarang sepertinya sudah mendarah daging di kehidupan kita. Gue bersyukur tidak lagi menjadi bagian dari barisan orang di kereta yang semuanya menatap handphone seperti zombie. Gue mengganti kebiasaan main handphone itu dengan menekuni hobi membaca yang sempat gue lupakan dan menghargai waktu bersama orang-orang terdekat ketika aku akhirnya bertemu mereka.

0 komentar:

Post a Comment