Monday, November 6, 2017

Jobless + Social Anxiety

Putus asa karena uang adalah hal yang sepertinya sangat sering terjadi di dalam kehidupan. Ini adalah pelajaran bahwa menabung selagi muda itu penting, dan mengasah skill agar dapat memiliki nilai di dunia bekerja adalah kewajiban untuk bisa bertahan hidup. Hal-hal yang sepertinya cukup sulit bagi gue, gue selalu merasa sangat average, in everything I do, even when I try to do my best at it. Oleh karena itulah, masalah pendapatan dan pekerjaan menjadi salah satu masalah yang sangat krusial bagi gue. Terutama ketika gue memiliki social anxiety yang tinggi, hal tersebut seringkali menjadi penyebab gue nggak bisa sepenuhnya menjalani pekerjaan dengan baik. Selalu ada ketakutan dan keraguan, dan tekanan untuk bisa bersikap sama asiknya dengan yang lain. Bukan pertama kalinya gue diberitahu untuk bisa lebih banyak bicara dan bergaul

Uang adalah sumber kebahagiaan sekaligus sumber kesengsaraan di dunia ini. Bagi mereka yang berkecukupan, uang adalah hal yang dapat memenuhi tidak hanya kebutuhan, tapi juga keinginan. Bagi mereka yang kekurangan, uang adalah keajaiban karena jarang ia dapat memenuhi keinginan, dan begitu bersyukur ketika ia dapat memenuhi kebutuhan.

Hidup dalam keadaan dimana gue belum memiliki pekerjaan tetap, sedangkan pengeluaran semakin membengkak, kadang membuat gue merasa putus asa. Aneh memang. Gue justru memiliki pekerjaan dengan gaji tetap ketika keluarga gue dulu memiliki pondasi keuangan yang kuat. Sekarang, ketika keluarga sedang sangat membutuhkan support materialistik, gue justru belum bisa membantu banyak.

Mencari pekerjaan di Jakarta sungguh bukanlah hal yang mudah bagi seseorang dengan social anxiety seperti gue. Kadang gue bahkan tidak berani menagih gaji yang menjadi hak gue dari seorang boss freelance hanya karena rasa tidak enak. Terdengar bodoh bagi kebanyakan, namun inilah yang namanya social anxiety, rasa takut terhadap hal-hal yang tidak perlu begitu menumpuk di dalam diri, dan tak banyak yang memahami hal itu. Yang mereka tahu adalah, "Pemalu dan pendiam itu nggak asik buat kerjasama atau nongkrong bareng." And even I agree with them. Gue merasa seandainya gue tidak punya penyakit ini dan sifat ini, mungkin segalanya akan jauh lebih mudah. 

Mungkin gue harus sekolah kepribadian. Mungkin gue harus tinggal di hutan. Mungkin gue harus jual ginjal. Pikiran-pikiran seperti itu terus saja menghantui. Kadang gue berpikir, manusia tidak akan pernah ingin dilahirkan ke dunia kalau tahu susahnya seperti ini. Tapi, hey, gue sudah terlahir. Paling tidak gue harus bisa bertahan hidup. Meski sedikit. Meski perlahan. Meski semua terlihat sia-sia, selama napas itu masih ada, berarti Yang Kuasa masih percaya, kalau kita bisa. Jika Ia percaya sudah cukup untuk kita memiliki kepercayaan diri, bukan?

Yah, gue merasa dalam tulisan penuh keputusasaan ini, paling tidak harus tetap memasukkan pesan positif. Meski sesungguhnya, hati ini masih dipenuhi kesedihan karena merasa tidak mampu. Tapi semoga orang yang membaca dapat mempelajari sesuatu dan tidak menjadi seperti gue. Punya social anxiety itu nggak enak, tidak ada yang istimewa dari memiliki penyakit mental, you fight with yourself everyday and sometimes you can no longer tell what's bad or good. Minimnya pemahaman masyarakat terhadapnya juga menyebabkan tindak bullying yang tidak disadari. Jadi, jangan sampai kamu, temanmu, anakmu, saudaramu, terperangkap di dalamnya. 

2 komentar:

Unknown said...

Saya seperti membaca kisah milik saya sendiri, kata per kata terasa tepat mendeskripsikan keadaan saya sekarang, kok bisa ya? Hehe. Well, I do have social anxiety, betul tidak enak rasanya memiliki ini, terlebih jika orang lain malah salah beranggapan bahwa saya dan kondisi saya ini dipukul rata sama seperti orang yang anti social, padahal berbeda. Ketakutan tidak akan diterima selalu mengikis sedikit kepercayaan diri yang saya miliki. Parahnya, ini selalu menggangu saya saat memulai hal baru, seperti contohnya pekerjaan. Bukannya saya tidak bersyukur memiliki social anxiety, yang ternyata punya sedikit manfaat (lebih peka thdp segala hal, selektif dalam bergaul dll) jika bisa saya hanya ingin mengurangi kadar nya sehingga tidak begitu menggangu kegiatan saya sehari-hari. Sekarang saya juga masih mencari pekerjaan yang cocok, semoga nanti kita sama - sama ketemu pekerjaan yang cocok untuk orang dengan social anxiety yah, hehe. Mari berjuang. Kamu tidak sendiri.

Denisa P. Rosandria said...

@Alexander R Thank You untuk semangat nya dan karena udah repot-repot baca tulisan ini hehe!! Amiiin semoga meski dalam segala keputusasaan ini, kita bisa terus survive dan menemukan cara terbaik untuk melewatinya :"))

Post a Comment