Shubuh pertama di bulan Ramadhan tahun ini. Engkau duduk di atas sajadah coklat itu, lengkap dengan gamis putihmu, bersiap untuk menjadi imam sholat bagi isteri dan puterimu. Putra pertama mu sedang berjuang di kota lain. Dan putra terakhirmu memutuskan untuk sholat bersama kawan-kawannya di mesjid. Sejak selesai sahur, dia sudah lari keluar. Akhirnya hanya tinggal saya dan Mama saja sebagai ma'mum.
Shubuh pertama di bulan Ramadhan tahun ini, kau lantunkan ayat-ayat suci itu lebih indah dari biasanya. Saya selalu suka saat Kau menjadi imam. Dan saya selalu suka bacaan sholat yang engkau lantunkan. Belum pernah saya menemukan orang lain yang bisa membacakan ayat-ayat suci tersebut seindah itu. Begitu sederhana, namun indah didengarnya.
Shubuh pertama di bulan Ramadhan tahun ini, kau tak beranjak dari atas sejadahmu seusai sholat. Mama sudah bangkit terlebih dahulu, ingin beristirahat. Akhirnya hanya tinggal kita berdua. Kau pun mulai melantunkan dzikir dan doa-doa, begitu khusyuk, begitu hikmat. Di tengah cahaya yang remang-remang itu, saya seakan terbawa oleh doa-doa yang engkau lantunkan pada Sang Pemilik Langit dan Bumi. Hati ini bergetar, dan sungguh itu adalah getaran yang berbeda. Getaran yang menghangatkan, menenangkan, namun di saat yang sama, getaran itu membuat saya ingin menitikan air mata.
Shubuh pertama di bulan Ramadhan tahun ini, kau terbatuk beberapa kali di tengah dzikirmu, terlihat lelah dan sakit, namun tak juga kau berhenti melantunkan ayat-ayat dan doa-doa itu pada Sang Khalik. Dan dalam getaran yang saya rasakan itu, saya kembali menyadari bahwa engkau adalah anugerah terindah dari Allah yang pernah saya miliki. Betapa saya merasa beruntung karena engkaulah yang menjadi ayah. Dalam sepi itu, ditemani lantunan ayat suci darinya, saya kembali disadarkan akan rasa cinta yang sangat besar untukmu. Namun sungguh, rasa cinta itu masih kalah jauh dibanding rasa cintamu pada anak-anakmu.
Shubuh pertama di bulan Ramadhan tahun ini, saya begitu ingin membahagiakan lelaki lembut itu. Lelaki penyayang yang rasa sayangnya tak pernah habis terhadap keluarganya. Lelaki penyayang yang menyinarkan cahaya ketenangan kepada keluarga kecil ini.
Shubuh pertama di bulan Ramadhan tahun ini, ingin sekali saya mengatakan padanya kata-kata itu. Kata-kata yang jika dikatakan dapat meruntuhkan dinding hati terkeras sekalipun. Kata Rasulullah SAW, sunnah hukumnya untuk mengatakannya, dan sungguh kita harus mengatakannya kepada orang yang kita cintai. Namun, saya terlalu malu untuk mengatakannya. Padahal sangat ingin mengatakan kata-kata itu kepada Beliau. Ahirnya saya simpan dalam hati saja. Ah, semoga akan ada kesempatan berikutnya untuk mengatakan hal itu padanya, amin.
"Ade sayang Papa karena Allah.."
0 komentar:
Post a Comment