Wednesday, December 28, 2011

Just A Quick Entry Because I Feel Like Writing Now...

Hello, Fellas.... 

Actually, I'm supposed to do my communication assignment right now because the deadline is tomorrow, yet I haven't done any bits of it. I have to write about 5 papers. I don't know how I'm gonna do it in a very short time, lol. Once a deadliner, always deadliner πŸ˜†Sorry for being so lazy, but I promise I will do it after I finish this brain meditation, hahaha. Btw, I met Tyas, Maya, and Dewi today. It's been a while. We had a lot of fun talking about many things. Mostly about what each of us has been up to, although I and Tyas were talking about Japanese things most of the time, hahaha.

Today, I also finished watching Proposal Daisakusen, Yamapi's drama. I really want to review it, but definitely not now since I have to prioritize my assignment first. I'm more excited to review this drama now, though, but I just can't 😏

I and Tyas visited Nurul Fikri too because we wanted to meet kak Doloy to exchange our dorama collections, lol. Then, we met some new mabiters there. Aaa... it's been a while too. Always feels like coming home whenever I come to NF πŸ’œ

It's 22.53 now. Midnight is getting closer. Yabaaai..... I have to do my assignment now. But wait until this Kirameki no Kanata E song finish, lol... This post is very random. I don't even know why am I still keep writing these unimportant lines. I just feel like writing now. Before I go, I want to say GET WELL SOON to Gadis and Mia's father. Sorry, I still can't find time to pay a visit!! The song has just over. Time to do my assignment. Jaa nee~ 

Monday, December 26, 2011

Trapara on the Road in review


Tiga hari kemarin gue habiskan di sebuah gunung di daerah Ciburial, Bogor, dalam rangka Trapara on the road PSM UIN Jakarta. Salah satu pengalaman berharga yang nggak akan pernah gue lupakan. Tawa dan tangis, emosi yang naik turun, terus berusaha melewati batas kemampuan, menjaga kebersamaan, dan banyak lagi. Begitu banyak hal yang gue pelajari di Trapara kali ini, namun ada beberapa hal yang gue garisbawahi:

1. Rasa syukur atas kenikmatan dari hal-hal kecil.
Setetes air di mulut, sentuhan air dingin di telapak kaki, sesuap nasi, beberapa menit untuk tidur, rasa hangat saat berada di dalam mukena waktu sholat, kesempatan untuk duduk beberapa menit, pemandangan yang indah, dan banyak lagi hal-hal kecil lainnya terasa dua kali lebih nikmat dari biasanya ketika gue menjalani latihan yang cukup berat di Trapara. Rasa syukur terus mengiringi jika mengingat kembali ke masa tiga hari itu. Hidup ini indah, dan banyak kenikmatan yang seringkali gue lupakan. Terutama kenikmatan atas rumah dan keluarga. Home is the sweetest heaven!

2. Melewati pagar batas kemampuan diri.
Jika berada di dalam keadaan normal, gue akan berpikir bahwa gue nggak akan mampu mendaki gunung dengan membawa ransel yang sangat berat sendirian. Gue nggak akan mampu bertahan lama di dalam air dingin untuk bernyanyi. Gue nggak akan bisa tidur di tenda yang sempit dan kotor dengan baju yang kotor pula. Gue nggak akan sanggup push up di atas aspal yang berantakan berkali-kali. Tapi, semua hal-hal yang gue pikir telah menjadi batas itu hilang ketika berada di Trapara. Semua hal yang gue pikir tidak mungkin menjadi mungkin.

3. Melawan egoisme.
Manusia adalah makhluk egois. Semua manusia. Hanya kadarnya saja yang berbeda-beda. Dan di Trapara on the road, gue diajarkan, atau bisa dibilang dipaksa, untuk tidak hanya memikirkan diri sendiri. Gue nggak bisa menghabiskan sebotol air untuk sendirian aja. Gue nggak bisa berjalan ke depan tanpa memandang kanan dan kiri, memastikan mereka juga berjalan searah dengan gue. Intinya, gue belajar untuk tidak menomorsatukan diri sendiri. Manusia memang harus menomorsatukan orang lain yang berharga baginya karena manusia saling membutuhkan, dan jika kita ingin dinomorsatukan oleh orang lain, kita pun harus menomorsatukan mereka.

4. Semua Manusia Itu Indah
Angkatan Maximilian adalah sebuah kelompok yang terdiri dari berbagai macam karakter. Karakter-karakter tersebut jika dilihat sekilas saja dari luar terlihat biasa, sama saja dengan kebanyakan orang, kadang menyebalkan, beberapa ada yang nggak memberi kesan sama sekali. Tapi, ketika gue mencoba melihat lebih dalam ke diri mereka, warna-warna yang berbeda muncul. Keindahan yang berbeda terpancar. Sungguh, tak ada satupun makhluk Allah yang diciptakan untuk menjadi biasa saja. :')

Ini semua adalah proses. Hal yang dilalui dengan proses yang singkat tidak akan memberikan hasil yang maksimal, dan gue berharap kita semua dari Maximilian bisa tetap berjalan bersama hingga waktu yang nggak bisa ditentukan nanti. Selama mungkin. Gue pun bisa belajar banyak mengenai karakter sendiri. Terimakasih Ya Allah, kenikmatan-Mu tiada tara. πŸ’›
I really love my life...

Tuesday, December 13, 2011

Tersenyumlah...

Senyuman sungguh hebat. Ia menutupi segala kegundahan 

hati manusia. Bukan senyum palsu, hanya saja, senyuman 

membantu kita melupakan sebentar. Senyuman adalah simbol 

harapan bahwa semuanya akan baik-baik saja. Betapa 

hebatnya sebuah senyuman. 


Semuanya akan baik-baik saja. Tersenyumlah... 

Monday, December 12, 2011

Bulan Penuh Warna

Sebulan yang lalu 
Gue menjadi anggota Maximilian, angkatan 2011 calon anggotan PSM UIN Jakarta. Gue resmi mengikuti Training Paduan Suara (Trapara) di kampus dan tali takdir mempertemukan gue dengan orang-orang baru yang nggak pernah muncul di pikiran gue sebelumnya. Ketika semuanya dimulai, gue dilanda keraguan akan orang-orang yang katanya akan menjadi keluarga ini. Selain itu, gue langsung memutuskan untuk menjadi the invisible one seperti biasanya aja. Rasa pesimis menyelimuti saat senior PSM mengatakan bahwa dalam waktu seminggu, harus sudah hapal nama seluruh angkatan. Mustahil, gue pikir begitu. Gue bukan orang yang cepat mengingat nama. Dan gue nggak peduli banyak tentang orang lain yang saat itu baru gue kenal beberapa hari. Tepatnya, gue nggak ingin bersikap terlalu peduli karena mereka pun belum tentu peduli, dan kepedulian yang tinggi akan menyebabkan sakit di akhir (maaf jadi emo wkwk). Sebulan gue pikir terlalu singkat untuk menjalin kekeluargaan, apalagi dengan orang-orang yang wajahnya baru gue lihat. Sebagai seorang yang introvert pula, gue semakin nggak yakin karena gue nggak suka mengenal banyak orang. Nggak terbiasa membuka diri ke banyak orang. Gue pikir, nggak mungkin berhasil kekeluargaan ini terjalin. Tidak dalam waktu yang sesingkat itu...

Semalam...

Maximilian mengadakan pementasan dengan tema Rona Irama Nusantara sebagai penutupan Trapara. Pementasan yang jauh dari sempurna, namun semuanya melakukan yang terbaik. Pementasan yang disiapkan hanya dalam waktu empat hari bisa menjadi sangat maksimal seperti itu. Gue terkesan. Kekompakan yang gue ragukan di awal hilang semalam. Satu bulan terasa cepat. Gue mengingat nama mereka semua. Gue mengenal mereka semua. Dan di sekitar mereka, gue nggak ragu untuk menjadi diri sendiri. Gue menjadi peduli. Menjadi sayang. Makan sepotong kue kecil bersama selama sebulan. Makan nasi bungkus, saling berbagi lauk, lari keliling UIN sambil menyanyikan yelyel yang super absurd bersama-sama, dihukum sit up, push up, kuda-kuda, sebanyak ratusan kali, bersama-sama. Bernyanyi bersama, menciptakan harmoni bersama, menghabiskan waktu bersama.... hal-hal itu terasa berharga sekarang. Hal-hal ini tentu saja tidak berakhir disini. Masih ada dua tahapan lagi untuk menjadi anggotan PSM, dan kita akan berjuang bersama di jalan itu.

Recital... wait for us~