Sunday, March 31, 2013

Red and Green Batik

I'm getting used to wearing makeup. Being in a choir requires me to be able to do my own makeup for a concert, job, etc. I actually kinda enjoy it.  Anyway, here are recent pictures of the latest choir event in PDUI 2013. PSM just got new inventory:. This awesome green batik 😁


Even though I know how to put on makeup, I still don't know how to put on a stylish hijab and I don't know when I will be able to master it, haha. It's thanks to our awesome fellow designers, Thata, and Adhya who help us with our Hijab style in every event.


Last touch... Me and Abbando

Saturday, March 23, 2013

If You Don't Have Anything Nice to Say, Don't Say Anything At All


Gue nggak suka saat orang lain menyebarkan energi negatif dengan marah-marah di social media, apalagi sekarang ini sosmed udah jadi semacam buku laporan harian setiap orang, kan. Emang sih, dunia maya itu erat dengan freedom of speech, tapi semakin kesini, gue malah merasa hal itu membuat orang jadi kelihatan nggak punya etika berbicara. Apalagi kalau udah mencela-cela orang lain di sosmed.... Kalau kita nggak suka dengan orang tersebut, ya nggak usah ngajak-ngajak orang lain buat nggak suka juga. Kalau marah, jangan ajak orang lain ikutan marah. Kasihan kan, orang-orang innocent itu jadi kecipratan dosa juga. 

Lucunya lagi, orang yang sibuk menjelekkan orang lain tersebut sebenarnya sedang melihat refleksi dirinya sendiri yang terpancar di orang lain, tapi dia sendiri nggak sadar dan nggak mau mengubah dirinya. Dude, before you judge others, look first in the mirror and ask yourself: do you know what they have been through? Have you been good enough?

Pernah dengar kata-kata pamungkas Umar Bin Khattab?

"Saat kita hendak mencela orang lain, maka cela diri kita terlebih dahulu karena cela kita lebih banyak dari orang tersebut."

Daripada menyebarkan kekesalan, kenapa kita nggak mencoba memaafkan dan melihat lebih dalam lagi, kenapa kita bisa sebegitu terganggunya dengan sikap orang lain? Dan kenapa juga kita mempertahankan rasa kesal yang nggak ada manfaatnya itu? Lebih bermanfaat kalau kita memikirkan masalah di sekitar kita yang bisa kita bantu selesaikan, bukan? 

Maaf ya, jadi ikutan menyebar kekesalan juga, haha. Bingung gimana mau mengungkapkannya. Saat ini banyak masalah yang benar-benar membuat jiwa dan raga tidak lagi fokus di tempat seharusnya. Kuliah, PSM, KKN... Semua itu cuma seperti awan-awan tidak jelas di atas kepala, ditambah harus terkena energi negatif dari orang-orang sekitar setiap hari. Mau meledak rasanya, kalau seandainya nggak ingat masih punya Allah, mungkin gue udah memutuskan untuk aneh-aneh. Astaghfirullah.... 

So, be careful with your words, folks. It's sharper than a sword, and remember that you have to take responsibility for everything you say and you do later.

Thursday, March 7, 2013

Menjadi Dewasa


Menjadi dewasa itu terlihat sangat menyenangkan saat masih kecil. Rasanya bisa menggenggam dunia, tak akan diatur-atur orangtua lagi, bisa kemana saja sesukanya. Tapi ternyata, itu tidak seindah bayangan masa kanak-kanak. Semua tergantung bagaimana kita menghadapi dan melihat hidup ini, sih. Tapi, akhir-akhir ini ada beberapa pengalaman yang membuat gue jadi mulai tidak menyukai masa dewasa atau orang-orang yang mengaku dewasa, padahal gue sedang dalam perjalanan menuju kesana. Terlepas dari sifat dewasa, tidak semua orang yang 'kelihatannya' dewasa memiliki sifat itu ternyata.

Supir angkot berumur sekitar 40 tahun-an marah-marah sepanjang membawa penumpang yang cuma sedikit karena dilarang ngetem terlalu lama oleh Polisi Lalu Lintas. Alhasil, dia malah menurunkan penumpangnya di tengah jalan dan masih memaksa minta bayaran, bahkan nyaris menabrak salah satu penumpang yang berjalan menjauh. Ya, semakin dewasa manusia, semakin ia mengerti arti uang dan harta.. 

Uang berhubungan dengan pekerjaan, dan pekerjaan bisa mengubah sifat seseorang. Semakin lama bekerja, ada yang mengejar profesionalisme, dan ada juga yang terbawa arus keindahan materi dari sebuah pekerjaan, kemudian lupa bagaimana cara bersikap terhadap orang lain. Pernah dengar atau bertemu dengan seorang pegawai restoran yang melayani pelanggannya dengan wajah malas dan sombong karena ia telah lama bekerja dan berpikir sudah tidak penting lagi bersikap ramah pada customer biasa? Dewasakah itu?

Salah satu yang tidak gue sukai dari 'menjadi dewasa' adalah pertengkaran bukan lagi secara terang-terangan, tapi adu kata-kata halus namun mengandung unsur sindiran yang bermaksud 'menusuk' hati. Sadar atau tidak, orang dewasa lebih sulit memaafkan dan lebih lama menyimpan rasa kesal.

Semakin 'dewasa' seseorang, semakin sulit ia meminta maaf. Semakin mengerti 'nilai diri' dan menjunjung tinggi harga diri, akhirnya malah nggak tahu mana harga diri, dan mana gengsi. Yang dimahalkan bukannya harga dirinya, malah harga gengsinya. Padahal waktu kecil dulu, bertengkar dengan teman secara terang-terangan, mengatakan tidak menyukainya, tapi pada akhirnya kita bisa bermaaf-maafan secara terang-terangan. Mengikuti nasihat Guru untuk saling menjabat tangan ketika bermaafan.

Agaknya, orang-orang lupa bahwa tumbuh besar, bertambah usia, belum tentu bertambah pula kedewasaannya. Sebagian besar hanya tumbuh, bukan menjadi dewasa, tetapi menjadi mesin untuk menuruti ini dan itu, tunduk pada aturan ini dan itu. Ketika kita berpikir bahwa orang-orang yang lebih muda atau jabatannya lebih rendah dari kita adalah orang yang nilai dirinya lebih rendah dari kita, dan orang-orang lanjut usia hanyalah orang tua yang sudah tidak ada harganya lagi, saat itulah kita menunjukkan bahwa kita BELUM DEWASA. Meremehkan orang lain adalah salah satu sikap yang menunjukkan bahwa seseorang belum dewasa, 

Semoga dilindungi diri ini dari pertumbuhan yang membawa pada kesia-siaan.