Tuesday, November 23, 2010

Another Great Girl

I just found a very interesting-inspiring girl in Mabit. She reminds me to always keep a sense of gratitude in my heart. Girl, I hope you reach your dreams. Stay strong and hopefully, you can be one of the greatest ladies in the future. You've already proved that you are strong. I admire you secretly now. What an inspiration ❤

Sunday, November 21, 2010

Day #30 Penutupan Departemen Linguistik

Ujian Integrasi di Universitas Indonesia

Akhirnya saat ini tiba juga. Saat dimana gue selesai mengajar Departemen Linguistik untuk rombongan A dan B Mabit Nurul Fikri 2011. Sejujurnya, ini adalah hari yang gue tunggu-tunggu.

Gue sering mengeluh betapa repotnya menjadi pengajar, terutama pengajar Mabit. Apalagi gue mengemban amanah sebagai Ketua Department Linguistik. Maka beban gue menjadi semakin berat. Setiap selesai mengajar atau sesi Kakak Asuh pun, gue selalu dibebani rasa bersalah. bertanya-tanya, apakah ilmu yang baru gue sampaikan ke mereka sudah cukup jelas? Apakah cara mengajar gue tadi cukup jelas? Ya, perasaan cemas dan takut atas tanggung jawab yang besar karena gue harus mengajarkan sesuatu yang akan membantu mereka dalam mengejar mimpi mereka, yaitu mendapatkan Perguruan Tinggi Negeri yang mereka inginkan.

Yah, meski saat mengajar ataupun sesi Kakak Asuh, gue menjalaninya dengan santai dan menikmatinya dengan sepenuh hati, tapi saat sudah di rumah, atau saat semuanya selesai, gue selalu mengingat lagi apa yang sudah gue coba berikan kepada mereka; Mabiters 2011. Apakah cukup baik? Ataukah hanya membawa mereka pada kesesatan?

Kelas reguler, sesi Kakak Asuh, dan ujian departemen telah kami lewati. Semua melelahkan, merepotkan, menyusahkan, tapi terasa sangat menyenangkan di saat yang bersamaan. Berinteraksi dengan Mabiters yang umurnya tidak jauh berbeda, mereka yang saat ini sibuk mengejar mimpi mereka, persis seperti gue dulu saat masih menjadi mabiters, memberikan sensasi perasaan yang menyenangkan. Nggak bisa dijelaskan, tapi gue tau ini akan jadi salah satu perasaan yang nggak akan bisa dilupakan seumur hidup.

Gue nggak pernah sekalipun menganggap mereka murid karena gue belum merasa pantas menyebut diri sebagai guru. Gue menganggap mereka sebagai teman dan berinteraksi dengan mereka sebagai teman juga. Selama mengajar di rombongan A dan B yang dipenuhi oleh orang-orang hebat ini, gue sadar gue memiliki sangat banyak kelemahan, terutama dalam hal mengajar. Oleh karena itu, moment Penutupan Departemen Linguistik ini gue gunakan untuk meminta maaf kepada mereka. Mereka adalah orang-orang hebat yang memiliki analisis tinggi dan kritik mereka sangat membangun. Gue merasa tertampar, tapi sekaligus tersemangati. Gue dan para pengajar Linguistik meminta maaf kepada kalian para mabiters rombongan A dan B atas segala kekurangan dan ketidaksempurnaan kami. Gue juga berterimakasih banget atas kritik dan saran kalian, dan keterbukaan kalian serta keramahan kalian selama ini. Kalian bahkan masih menyempatkan diri untuk membuat hadiah untuk Departemen Linguistik.

Sumpah, speechless karena baru kali itu gue merasa amat sangat dihargai, padahal banyak kesalahan yang telah kita perbuat. Makasih banyak ya, Aroma dan Rombeng. Bismillah, Insha Allah kalian diterima di PTN yang kalian impikan. ❤
Bersama Pengajar
Kenang-kenangan dari Mabiters Romb. A dan B :)

Sunday, November 14, 2010

Day #29 SURGA

Di dalam ajaran Islam, dikatakan ada delapan macam surga dan semua umat Muslim akan dikelompokkan sesuai amal ibadahnya untuk lalu diputuskan akan masuk di surga yang mana jika amal baik mereka lebih besar dari timbangannya. Kalaupun nanti, seandainya, mungkin, secara keajaiban, alhamdulillah banget, gue bisa masuk ke salah satu surga itu, begitupula dengan orang-orang berharga dalam kehidupan gue di dunia... Bisakah, bolehkah, mungkinkah.... kami berada di satu surga yang sama? Atau, jika tak bisa berada di satu surga yang sama, bolehkah kami saling mengunjungi satu sama lain? Karena gue nggak ingin kebersamaan yang dimiliki bersama orang-orang berharga yang gue temui dalam hidup berakhir saat dunia berakhir. Gue ingin kebersamaan, kekeluargaan, pertemanan, dan ukhuwah yang gue miliki bersama mereka terjaga dan kekal abadi di kehidupan yang selanjutnya, yang dijanjikan Allah sebagai kehidupan abadi kita yang sebenarnya...

NB: Anggap saja kami semua Insha Allah mendapat keberuntungan dan bisa masuk surga semua. AMIN YA ALLAH!!

Day #28 OBAMA DATANG

Berbagai tanggapan terlontar. Dari yang mendukung hingga yang mengecam. Berbagai pendapat berseliweran, paling jelas di dunia maya atas kedatangan Barrack Obama.

Gue menonton saat beliau berbicara dengan Presiden kita, Susilo Bambang Yudhoyono di sebuah konferensi pers di Istana Negara. Dia mengucapkan “Assalamualaikum..” “Selamat sore..” dan beberapa bahasa Indonesia lainnya. Beberapa orang berpendapat, itu hanya cara seorang presiden yang ingin menjaga citra di depan publik. Mungkin memang benar begitu. Who knows, right? They are all politicians after all 😂

Beberapa orang juga berpendapat, kedatangan Obama menyebabkan Jakarta macet. Ada juga beberapa yang bilang, kalau Obama ke Indonesia tanpa merasakan kemacetannya, aka sia-sia saja. Dan, pendapat seperti ini pun dijawab oleh Sang Presiden:

Aku tahu karena sekarang aku sudah menjadi presiden, maka aku tak bisa lagi merasakan kemacetan Jakarta. Aku pernah tinggal disini, dan tahu kemacetan disini, dan ingin merasakan kemacetan itu lagi. Tapi, presiden mendapat banyak perlakuan khusus termasuk di jalanan sudah dari sananya. Aku ingin merasakan lagi naik becak, bemo, dan lainnya. Tapi sekarang kendaraan-kendaraan itu sudah tak ada di Jakarta sepertinya. Bahkan bangunan yang dulu kulihat paling tinggi, sekaang jadi pendek.” 
 
Ya namanya juga ibukota Pak. Perkembangannya dilihat dari seberapa banyak gedung tingginya, bukan dari kualitas pemerintahannya 🙈

PS:  Obama speaks good Indonesian. That's kinda heartwarming.

Thursday, November 11, 2010

Day #27 GOKUSEN (J-Drama)

 
Diangkat dari manga Jepang berjudul sama. Jadi, semua calon pengajar Mabit diharuskan nonton film ini bersama waktu pelatihan beberapa bulan yang lalu. Setiap episodenya penuh dengan makna dan nggak membosankan. Dipenuhi lawakan kocak tipikal Jepang yang entah kenapa selalu enak untuk ditangkap dan mudah dimengerti, tapi tetap cerdas.

Dorama ini bercerita tentang seorang wanita muda berusia 23 tahun bernama Kumiko Yamaguchi (Yukie Nakama), yang belakangan lebih akrab dipanggil Yankumi. Yankumi adalah nickname yang diberikan murid-murid pertamanya, yaitu murid kelas 3-D karena mereka tidak mau memanggil Yankumi dengan Yamaguchi-sensei dengan alasan meremehkannya sebagai guru baru di SMA yang isinya murid laki-laki semua, SMA Shirokin. Yankumi yang dari penampilan terlihat cupu, polos, dan lemah, mendapat kesempatan menjadi wali kelas 3-D. Kelas berisi manusia super rusuh yang bahkan nilai sekolahnya dibawah rata-rata, namun ikatan pertemanan antar muridnya begitu kuat. Mereka selalu berbuat onar serta melawan guru. Mereka tidak percaya dengan guru sama sekali, mungkin karena guru-guru juga menunjukkan perbedaan sikap terhadap mereka dan menyebut mereka sampah.

Kelas ini dipimpin oleh Shin Sawada (Jun Matsumoto). Pemuda tenang, pendiam, misterius dan paling cerdas di sekolah. Ada kisah tersendiri kenapa Shin bisa masuk di kelas terbelakang di SMA ini. Anak-anak kelas 3-D tidak menyukai kehadiran Yankumi dan berniat mem-bully guru manis tersebut. Mereka tidak tahu kalau Yankumi yang terlihat polos dan cupu, sebenarnya adalah cucu tunggal perempuan di sebuah keluarga Yakuza, yakni keluarga Oedo. Dia adalah generasi ke-4 calon pemimpin Yakuza, jika saja dia tidak lebih memilih menjadi guru. Wanita ini jago bertarung dan lebih kuat dari laki-laki biasa. Namun, identitasnya ini dirahasiakan supaya Yankumi tidak kehilangan pekerjaannya sebagai guru.

Lucu, melihat cara Yankumi mengatasi permasalahan murid-muridnya setiap hari. Anak-anak kelas 3-D awalnya menganggap Yankumi sama seperti guru lainnya yang hanya bisa menyalahkan murid dan selalu membeda-bedakan mereka. Butuh perjuangan untuk Yankumi mendapat kepercayaan dari murid-muridnya. Terutama dari Shin. Pemuda kalem ini mengetahui rahasia Yankumi karena sejak awal kedatangannya, Shin sudah merasakan bahwa guru wanita ini berbeda dari guru lain.

Sosok Yankumi adalah sosok guru yang absurd tapi luar biasa. Di beberapa adegan digambarkan berbagai pengorbanannya untuk murid-murid kelasnya, dan bagaimana ia selalu memperjuangkan muridnya agar mendapat kepercayaan dari guru-guru di SMA Shirokin. Yankumi juga selalu bergabung dengan murid-muridnya dalam berbagai kegiatan (baik hal itu benar atau salah 😂). 


Beberapa kata-kata Yankumi yang sangat menginspirasi:

"For a man, a time will come when you will have to fight to protect something. When that time comes, how much you can do will determine your worth. The basic form of fighting is one-on-one bare-handed. Don’t mix that with cowardly violence. Fighting is done with a passion to protect something dear to you.” (Yankumi, ep.5)

"You guys may not be good academically, but you guys have the most important thing as human beings. Right here. So go live your life with pride, confidence, and dignity.” (Yankumi, ep. 12)

Yankumi mencairkan hati-hati muridnya yang keras. Dorama ini recommended banget untuk ditonton semua yang ingin menjadi guru. Atau untuk memahami karakter orang-orang juga bisa. Setiap episodenya membawa tawa dan tangis serta pelajaran berharga


NB: Gokusen : Gokudo no Sensei : Gangster Teacher

Sunday, November 7, 2010

Day #26 Belitung...

Di SD Muhammadiyah Gantong Belitong, SD Laskar Pelangi!~

Bulan Agustus lalu, gue dan keluarga pergi wisata ke Pulau Belitung, Negeri Laskar Pelangi. Setelah sekian lama ngarep-ngarep doang bisa kesana, akhirnya kesampean juga. Meskipun harus dengan syarat lulus Perguruan Tinggi Negeri. Dan karena gue dinyatakan lulus PMDK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Mama pun memenuhi janjinya untuk membawa gue menjelajahi Belitung. Kita mengunjungi replika dari SD Muhammadiyah Gantong, tempat syuting Laskar Pelangi, melewati rumah Andrea Hirata (lewat doang) dan menjelajahi pantai-pantainya yang masih sangat bersih dan alami. Menelusuri jalanannya menyenangkan, sepi, dan halus. Katanya kalau naik motor di Belitung, kita akan serasa terbang saking sepinya jalanan itu.


Belitung dipenuhi hutan atau lahan kosong, biasanya lahan bekas pendulangan Timah. Langitnya biru banget, melebihi Jakarta. Benar-benar indah, lho. Selama disana, gue ditemani oleh Abel yang menjadi Tour Guide kami sekeluarga keliling Belitung, secara dia adalah orang asli sana, jadi dia yang menunjukkan kami jalan. Disana juga sering terlihat pelangi di sore hari. Gue mendapat kesempatan melihat pelangi yang indah di Pulau Lengkuas. Sayangnya nggak sempet diambil gambarnya, tapi insha Allah lekat dalam ingatan.
 


      

Day #25 Mabit Nurul Fikri



Beberapa dari teman-teman menanyakan, apa itu Mabit Nurul Fikri? Secara gue cukup sering membicarakan organisasi ini di berbagai tulisan, baiklah, sekarang akan gue ceritakan yang gue tahu. Jadi, postingan kali ini akan cukup panjang. Enjoy...

Kelas 3 SMA, gue mengikuti bimbingan belajar Nurul Fikri yang bertempat di Mampang. Untuk mendapatkan Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di Indonesia bukanlah hal yang mudah. Apalagi mengingat kemampuan otak gue yang... standar 😒 ... Jelas sekali kalau gue perlu ekstra usaha.

Nah, Nurul Fikri sama dengan Bimbingan Belajar lainnya, tapi yang membedakan adalah keberadaan Mabit di dalamnya. Mabit, singkatan dari Malam Belajar Iman dan Takwa. Gue tahu organisasi ini dari Mas Inu yang dulu masuk Mabit di angkatan 2008. Dia adalah salah satu alumni Mabit Nurul Fikri. Lalu, dia menyarankan gue untuk bergabung juga. Dan ternyata, banyak juga anak NF yang tertarik mengikuti Mabit. Anak-anak yang ikut Mabit bukan hanya berasal dari NF Mampang aja. Ada sebagian dari mereka yang jauh-jauh dari NF Cibubur, Pasar Minggu, Akses Depok, dan lainnya, ikut bergabung di Mabit Nurul Fikri.

Di Mabit terdapat 4 rombongan. A (Aroma), B (Rombeng), C (Ronceng), dan D (Rondeng). Gue masuk kelas Aroma, kelas khusus untuk anak-anak yang akan mengambil jurusan IPS di Universitas nanti. Sedangkan kelas-kelas lainnya adalah kelas untuk yang akan mengambil jurusan IPA. Di Mabit, terdapat 9 Departemen: Linguistik, Matematika, Kimia, Fisika, Hayati, Ekonomi, Geografi, Sejarah, IT. Di angkatan gue, Aroma dan Rombeng mendapat Departemen Linguistik untuk bulan pertama, sedangkan Ronceng dan Rondeng Departemen Matematika.

Sejak awal departemen, kelas Aroma selalu ditemani oleh dua senior sekaligus pengajar dari angkatan 2008 di hampir setiap pelajaran. Mereka adalah Kak Usman Ben Kumoring dan Kak Hendry Ma'ruf. Singkatnya, kami menjalani Mabit setiap hari Sabtu-Minggu. Untuk hari Sabtu, Ikhwan (cowok) dan Akhwat (cewek) digabung. Kami belajar hingga jam setengah 10 malam, lalu Akhwatnya boleh pulang dan melanjutkan pelajaran di hari Minggu pada jam yang sama. Sedangkan bagi Ikhwan akan menginap di NF, melanjutkan belajar pada jam 1 pagi sampai jam 3 pagi.

Awalnya, gue, seperti biasa, tidak banyak bicara. Lebih senang duduk di belakang dan tidak bergabung dengan teman-teman serombongan. Ditambah lagi, orang-orang yang ada di Mabit Nurul Fikri adalah orang-orang LUAR BIASA yang cerdas, aktif, dan kritis. Tujuan kami disini sama, ingin mendapatkan PTN dengan jurusan idaman. Belajar di Mabit HARUS saling mengajarkan satu sama lain demi mewujudkan cita-cita kami bersama.

Di Mabit tentunya juga terjadi "seleksi alam". Seleksi alam ini terjadi pada mereka yang tidak bertahan hingga proses akhir Mabit karena Mabit memang lebih berat dari Bimbingan Belajar lain. Tugas-tugas yang diberikan lebih banyak dibanding tugas sekolah, dan kekuatan mental kita juga teruji berat disini karena ujian yang Mabit lakukan di setiap akhir departemen lebih berat daripada ujian Sekolah ataupun UN. Ujian di Mabit memaksa kita untuk mengerti pelajaran karena kita harus menjelaskannya langsung di depan pengajar Mabit dan teman-teman kita. Tapi bukan berarti Mabit itu eksklusif atau hanya untuk orang-orang cerdas saja. Justru tidak.

Banyak teman-teman di awal-awal rombongan yang akhirnya keluar dari Mabit dengan berbagai alasan: tidak diizinkan orang tua, ingin belajar sendiri, dll. Gue bisa bertahan sampai akhir pun bukan karena gue pintar, cerdas, atau hebat. Gue merasa nyaman. Segala remedial yang selalu gue jalani di setiap ujian, gue jalani saja. Toh, gue tidak sendirian. Ada banyak sekali yang harus remedial di akhir ujian, dan hanya segelintir orang yang lulus. Dan segelintir orang itu bukanlah orang sombong. Justru mereka adalah orang-orang luar biasa yang bersedia mengajarkan kami semua jika kami tidak bisa. Pertemanan yang membuat kita menjadi lebih baik ❤

Di Mabit juga terdapat sistem Kakak Asuh, yaitu para pengajar berfungsi seperti pembimbing khusus untuk kami. Dari sebuah rombongan itu, akan dibagi beberapa kelompok kecil, lalu diberikan Kakak Asuh yang berbeda dari departemen satu ke departemen lainnya. Kakak Asuh inilah yang akan mengajarkan kita lebih dalam lagi tentang pelajaran yang kita tidak mengerti.

Singkatnya, kami menjalani rutinitas Sabtu-Minggu belajar, Kakak Asuh, dan ujian di akhir bulan, kurang lebih selama 6 bulan hingga departemen terakhir. Kadang, kami jalan-jalan ke suatu tempat jika merasa jenuh belajar di NF. Setelah masa 6 bulan itu, kami para Mabiters akan melakukan berbagai kegiatan seru sekaligus belajar. Kegiatan-kegiatan itu memaksa kami untuk saling mengenal satu sama lain. Saling bekerja sama, membantu, dan bahkan, kami merasakan susah senang bersama di Mabit.

Dari rombongan sendiri, kita mulai mengenal rombongan lain. Kita dilibatkan dalam kegiatan yang memaksa kami untuk mengenal semua angkatan. Di tahun 2010, nama angkatan kami adalah Auxiliary (Adolescent Ukhuwah Extra Islamic Creative Youth) dengan motto: "Bangun, Berdiri, Berlari, Kejar Mimpi dengan Hati! Allahuakbar!" Kami selalu meneriakkan motto ini bersama-sama di setiap kesempatan, kejadian, dan hal yang kami lakukan. Salah satu bagian hidup yang akan gue ingat hingga tua 💚

Sedikit sejarah: Mabit didirikan oleh Dr. Dion Firly di tahun 2002. Dia dulunya sama seperti kita, siswa NF. Lalu, dia dan dua orang temannya belajar di Mushollah NF hingga akhir malam, lupa waktu karena keasyikan belajar. Dan dari situlah, ia akhirnya sering tinggal di NF bersama kawan-kawannya, yang makin lama makin banyak, belajar hingga pagi demi meraih PTN. Dan dari sanalah terbentuk Mabit Nurul Fikri. Dimulai dari tahun 2002 dan terus berjalan hingga sekarang, semakin berkembang dengan berbagai kegiatan di dalamnya dan dijalankan oleh generasi baru setiap tahun. Para alumni Mabit yang sebagian memutuskan untuk menjadi Pengajar di Mabit Nurul Fikri dan melanjutkan perjuangan  Kak Dion. Menciptakan kisah baru bagi generasi-generasi muda.

"Teman yang baik adalah teman yang akan mendukungmu menjadi lebih baik."

Day #24 Alam Jangan Marah

Bencana...
Akhir-akhir ini tak henti ia menghampiri
Mentawai dan Merapilah yg dia kunjungi

Bencana...
Apakah ini memang dikarenakan kau sudah semakin tua?
Ataukah benar ini adalah hukuman untuk kami semua?

Alam...
Kami buang sampah kami ke sungaimu
Kami tebang pohon-pohon nyawa hidupmu
Kami nodai langit-langit birumu

Hewan...
Dibanding kalian, kami terlihat tak berotak
Akal kami malah digunakan untuk merusak

Penyesalan...
Tangisan...
Meminta ampunan
Semua selalu datang belakangan

Tuhan...
Masihkah Kau akan mendengarkan doa-doa kami?
Sudikah Kau mengingatkan kelupaan kami?
Bersediakah Kau memaafkan kami?

Kami hanya sekumpulan debu sombong sok tahu
Pantaskah kami untuk meminta lagi?
Kami percaya bahwa Engkaulah Sang Maha Pemaaf
Dan kami hanya bisa berharap
Tak pernah ada kata terlambat untuk kami bagi-Mu

Day #23 Mengejar Waktu Jam 12 Malam Demi Cap "Anak Baik-Baik"

Malam Minggu, tanggal 6 November 2010 kemarin, bisa jadi adalah hari yang paling sial untuk gue. Sejak membuka mata sampai mau tidur, ada aja kejadian buruknya. Oke, postingan kali ini mengenai curahan hati yang kesal 💢

Akhirnya, setelah selesai mengajar seperti biasa di Mabit Nurul Fikri pada jam setengah 10 malam, gue memutuskan untuk ikut Karin dan Puteri (sepupu gue) menghabiskan voucher gratis di 7eleven Mampang. Lumayan kan, masa dapat rejeki nggak digunakan, hehe. Kita pun meluncur menuju 7eleven jaraknya nggak terlalu jauh dari Nurul Fikri Mampang.

3 remaja perempuan jam 10 malam masih ngelayap di luar rumah. Well, gue hanya berniat me-refresh otak setelah mengalami banyak kejadian nggak enak seharian itu. Lalu, seperti biasa, kita bertiga ini kalau udah di luar rumah, bersama pula, dipastikan lupa waktu. Apalagi gue juga sedang jenuh dengan suasana rumah. Jadi, menurut gue nggak masalah kalau kita menghabiskan waktu agak lebih lama di luar.

Jam 11 malam, orang-orang rumah mulai menelpon dan menanyakan "Kapan pulang?" "Lagi dimana?" "Sama siapa?" "Sedang berbuat apa?" oke, memang mirip lagu Kangen Band, tapi memang pertanyaan itulah yang dilontarkan Papa, Mama, dan Adik gue 😐

Lalu, berhubung malam itu gue memang sedang jenuh, bete tingkat dewa, jadi gue sensi banget. Can they please just give me a break? I need some refreshing too! Dan seperti layaknya anak muda jaman sekarang, gue hanya bisa protes di Twitter:

"Kenapa cowok boleh sampe pagi ngelayap di luar, sedangkan cewek nggak boleh. Padahal kita juga cuma duduk-duduk doang. Not fair!" 
 
Tweet gue dipenuhi kekesalan hingga menuntut keadilan. Duh, anak kecil. Dan tiba-tiba, seorang teman mengirim BBM ke gue, lalu... bilang begini "Biar gue yang jawab pertanyaan lo di Twitter." Dan... mulailah dia menceramahi gue panjang lebar. Tentang bagaimana kita harus bersyukur karena wanita dilindungi, atau bagaimana laki-laki lebih kuat dan bisa menjaga diri, dan bagaimana berharganya seorang wanita, dll.

Well, I really appreciate that... But, please! Gue bukan meminta diceramahi, disalahkan, atau dihakimi seperti itu. Tapi, tidakkah lo mengerti maksud gue? Gue cuma mau paling tidak sedikit bersantai malam itu. Dan, menurut gue, kita nggak berhak menghakimi seseorang itu buruk hanya karena faktor 'Pulang Malam'. Dan kenapa kita harus peduli dengan pendapat orang kalau itu nggak benar? Gue masih tetap memperhatikan batas yang berlaku kok. What's not fair is when you judge me as a bad girl just because I want to spend my boring day drinking slurpee and refresh myself until midnight. 

Gue hanya duduk, ngobrol, dan foto-foto aja. And you called me 'a bad girl'? Tapi terimakasih banyak karena sudah perduli 😏

FYI, karena gue masih sadar waktu dan peraturan, gue mengajak Karin dan Puteri pulang jam setengah 12 malam demi mengejar waktu jam 12. Kita naik motor bertiga, melewati jalan-jalan tikus, sambil berkali-kali bilang "Hey, kita harus sampai rumah sebelum jam 12 malam supaya kita nggak lepas dari cap 'anak baik-baik!'"
 
That was fun! Merasakan sensasi deg-degan mengejar waktu jam 12 malam seperti Cinderella, demi sebuah image di mata masyarakat. Dan yep, kita sampai rumah tepat jam 12 malam 😝

Monday, November 1, 2010

Day #22 Macam-Macam Jurnalis


Semalam gue baca di sebuah majalah ibu-ibu, gue lupa judulnya apa (seriusan lupa, bukan bermaksud menyembunyikan nama demi menjaga nama baik atau tak ingin menyinggung, dll) ada sebuah artikel yang menarik perhatian gue. Artikel itu ditulis oleh H. Rosihan Anwar. Gue cukup sering mendengar namanya. Dia kayaknya penulis senior.

Nah, dia sedang bercerita tentang macam-macam jurnalis sejak zaman perjuangan dulu hingga sekarang. Gue nggak inget semua macamnya sih, tapi ada beberapa tipe yang gue ingat karena deskripsinya cukup lucu.

1. Jurnalistik Perdamaian - Jadi, saat zaman yang kacau dan masih banyak kerusuhan di sana-sini (sekitar masa Soekarno-Hatta naik menjadi Presiden dan Wakil Presiden), banyak para penulis yang menuliskan kata-kata indah dengan harapan bisa menyentuh hati orang-orang dan membawa perdamaian. Ada yang bilang bahwa sebuah kata-kata bisa berpengaruh luar biasa jika bisa menembus sasaran yang tepat. Dan akhirnya munculah para penulis muda yang berlomba-lomba mengajak orang-orang untuk mengangkat perdamaian dan menyebarkannya lewat surat kabar, majalah, dll. Sempat berhasil, tapi mungkin karena manusianya pada batu, perpecahan itu pun timbul lagi. Dan para Jurnalis Perdamaian itu pun menghilang entah kemana.

2. Jurnalis Investigasi - Mereka adalah orang-orang seperti detektif. Katanya, dulu orang-orang ini sering berhasil mengotak-atik informasi dari para pejabat yang korupsi layaknya detektif, dan tulisan mereka pun jadi seperti analisis detektif juga. Banyak orang-orang yang mulai mengandalkan mereka untuk bisa membongkar lebih banyak kasus semacam itu melalui Jurnalistik Investigasi. Tapi, makin kesini, mereka sama nasibnya dengan Jurnalistik Perdamaian. Pelan-pelan menghilang.

3. Jurnalistik Panik - Ini adalah tipe jurnalis yang paling kocak. Menurut Rosihan Anwar, jurnalis tipe ini adalah jurnalis yang sampai sekarang masih bertahan. Mereka adalah jurnalis yang menyebarkan berita-berita yang membuat orang-orang panik. Biasanya dengan tagline heboh dan besar yang isinya tidak mencakup keseluruhan berita, melainkan setengahnya, dengan maksud membuat kita penasaran dan juga panik. Karena berita yang mereka tulis biasanya berita yang memang membuat panik. Kalau kata Rosihan Anwar, mereka membuat kita bepikir seolah Kiamat hanya tinggal 24 jam lagi. Dan merekalah yang masih bertahan sampai sekarang.

Nah, melihat tipe-tipe jurnalis di atas, gue jadi berpikir. Gue ingin jadi jurnalis yang seperti apa? Yah, gue memutuskan untuk tidak menjadi salah satu dari ketiga tipe di atas. Gue mau menulis untuk menghibur diri sendiri. Meski hanya sebuah tulisan sederhana pun tidak apa-apa. Bahkan, ada tokoh penulis besar yang menulis hal-hal kecil dalam hidupnya. Dia bilang, menulislah dengan sederhana. Untuk kepuasanmu sendiri. Just celebrate writing~

Day #21 Pesimistis - Bodoh

Gue tidak ingin bersikap, bersifat, ataupun berpikir pesimistis. Tapi kali ini, gue tidak bisa menahan diri untuk tidak berpikir pesimis. Gue, lagi-lagi, entah untuk yang keberapa kalinya, melakukan kesalahan yang sama.

Untuk apa gue ingatkan diri berkali-kali jika selalu begini jadinya? Lalu, yang lebih bodoh lagi, gue membandingkan diri dengan mereka. Dan menjadi semakin pesimis. Bodoh! Apa yang gue pikirkan? Membandingkan diri dengan mereka? Ingin menjadi hebat.

"Menjadi diri sendiri akan membuat kita lebih dihargai dan dicintai"
 
Tapi, kenapa tidak terjadi kepada gue? Apakah karena diri memang tidak cukup baik? Dan pertanyaan ini pun kembali muncul di benak gue: Layakkah gue disandingkan dengan orang-orang itu? Ataukah ini hanya persepsi gue sendiri yang menganggap diri ini layak. Menyedihkan... 

Day #20 Pemuja Rahasia


Haruskah ini terjadi berulang kali dalam hidup?
Lagi-lagi, hanya bisa berharap kosong
Hanya bisa memandang dan mengintai keindahan
Tak perlulah kamu tau
Aku tak ingin kamu tau
Mengagumi sifatmu
Menyayangi kurang dan lebihmu
Biarlah begini, diam-diam saja