Semalam gue baca di sebuah majalah ibu-ibu, gue lupa judulnya apa (seriusan lupa, bukan bermaksud menyembunyikan nama demi menjaga nama baik atau tak ingin menyinggung, dll) ada sebuah artikel yang menarik perhatian gue. Artikel itu ditulis oleh H. Rosihan Anwar. Gue cukup sering mendengar namanya. Dia kayaknya penulis senior.
Nah, dia sedang bercerita tentang macam-macam jurnalis sejak zaman perjuangan dulu hingga sekarang. Gue nggak inget semua macamnya sih, tapi ada beberapa tipe yang gue ingat karena deskripsinya cukup lucu.
1. Jurnalistik Perdamaian - Jadi, saat zaman yang kacau dan masih banyak kerusuhan di sana-sini (sekitar masa Soekarno-Hatta naik menjadi Presiden dan Wakil Presiden), banyak para penulis yang menuliskan kata-kata indah dengan harapan bisa menyentuh hati orang-orang dan membawa perdamaian. Ada yang bilang bahwa sebuah kata-kata bisa berpengaruh luar biasa jika bisa menembus sasaran yang tepat. Dan akhirnya munculah para penulis muda yang berlomba-lomba mengajak orang-orang untuk mengangkat perdamaian dan menyebarkannya lewat surat kabar, majalah, dll. Sempat berhasil, tapi mungkin karena manusianya pada batu, perpecahan itu pun timbul lagi. Dan para Jurnalis Perdamaian itu pun menghilang entah kemana.
2. Jurnalis Investigasi - Mereka adalah orang-orang seperti detektif. Katanya, dulu orang-orang ini sering berhasil mengotak-atik informasi dari para pejabat yang korupsi layaknya detektif, dan tulisan mereka pun jadi seperti analisis detektif juga. Banyak orang-orang yang mulai mengandalkan mereka untuk bisa membongkar lebih banyak kasus semacam itu melalui Jurnalistik Investigasi. Tapi, makin kesini, mereka sama nasibnya dengan Jurnalistik Perdamaian. Pelan-pelan menghilang.
3. Jurnalistik Panik - Ini adalah tipe jurnalis yang paling kocak. Menurut Rosihan Anwar, jurnalis tipe ini adalah jurnalis yang sampai sekarang masih bertahan. Mereka adalah jurnalis yang menyebarkan berita-berita yang membuat orang-orang panik. Biasanya dengan tagline heboh dan besar yang isinya tidak mencakup keseluruhan berita, melainkan setengahnya, dengan maksud membuat kita penasaran dan juga panik. Karena berita yang mereka tulis biasanya berita yang memang membuat panik. Kalau kata Rosihan Anwar, mereka membuat kita bepikir seolah Kiamat hanya tinggal 24 jam lagi. Dan merekalah yang masih bertahan sampai sekarang.
Nah, melihat tipe-tipe jurnalis di atas, gue jadi berpikir. Gue ingin jadi jurnalis yang seperti apa? Yah, gue memutuskan untuk tidak menjadi salah satu dari ketiga tipe di atas. Gue mau menulis untuk menghibur diri sendiri. Meski hanya sebuah tulisan sederhana pun tidak apa-apa. Bahkan, ada tokoh penulis besar yang menulis hal-hal kecil dalam hidupnya. Dia bilang, menulislah dengan sederhana. Untuk kepuasanmu sendiri. Just celebrate writing~
0 komentar:
Post a Comment