Tuesday, June 8, 2010

I Failed... Better

Pengumuman Ujian Masuk Bersama (UMB) baru aja dibuka dan dengan melihat judul postingan ini, kalian sudah pasti tau kan kalau gue sekali lagi GAGAL. Meski secara ajaib dan amat sangat diberkahi, gue berhasil terpilih untuk mendapatkan PMDK UIN Jakarta Jurusan Jurnalistik Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi.

Gue sempat merasa cukup puas dan akhirnya nggak mau terlalu usaha buat ujian universitas yang lain karena gue pikir, "Ah, gue udah dapet PTN kok. Universitas yang lain untung-untungan aja deh." 

Yep, pikiran tak membangun ini sudah ada di otak sejak gue dinyatakan lolos PMDK UIN. Gue jadi malas-malasan dan hanya belajar saat di Mabit atau di Nurul Fikri. Saat ngumpul sama para intelektual muda yang masih berjuang memperjuangkan PTN itu. I'm such a loser. Well, at least until my brother came home from Bandung. Gue dengan bangganya pamer bahwa sudah diterima di PTN. Tapi, kakak gue itu malah bertampang biasa banget...

Mas Inu : "Lo mentang-mentang udah dapet UIN terus nggak mau nyoba PTN Favorit yang lain? Gampang puas banget. Perjuangan begitu doang. Kurang berasa feel kemenangannya..." 

Abis dengar kata-katanya itu, gue ngambek karena ngerasa diremehin dan dia nggak bangga sama sekali. Serius deh, di keluarga gue itu mudah untuk membuat Mama dan Papa merasa bangga terhadap anak-anaknya yang lain. Tapi, membuat seorang MAS WISNU bangga itu susahnya MINTA AMPUN!! Cuma sekali gue pernah membuat dia bangga dengan gue: Tahun 2009 lalu saat gue menang Lomba Novel Islami Tingkat Nasional... Dan itu adalah sekali-sekalinya dia cerita ke teman-temannya tentang gue. Adik perempuannya yang baru menjadi juara satu tingkat nasional. Cuma saat itu. Mungkin sebelumnya, teman-teman dia nggak ada yang tau kalau dia punya adik perempuan.

Back to the main story: Mama dan Papa udah senang banget mengetahui anaknya diterima di Universitas Negeri. Sebuah PTN adalah suatu kebanggaan yang susah banget untuk diraih. Makanya gue dan orangtua nggak pernah meremehkan PTN manapun.

Ada benarnya juga kata-kata Mas Inu. Terasa... kurang. Gue merasa nggak cukup pantas mendapatkan PMDK itu karena usaha yang gue lakukan untuk PMDK itu belum maksimal. Dan memang sih, dikelilingi orang-orang yang berlomba-lomba mengejar PTN Favorit membuat gue merasa termotivasi juga untuk bisa mendapatkan PTN Favorit.

Nah, setelah pengumuman SIMAK, gue merasa tertampar ya. Apalagi melihat semangat teman-teman Mabit yang meski udah gagal, mereka sepertinya masih berapi-api demi sebuah PTN Favorit. Dan dari situ, gue udah nggak terlalu males lagi. Gue merasa kalau gue belajar demi UMB, kayaknya masih bisa lolos deh. Kapasitas belajar gue meningkat lumayan banyak dibanding sebelum SIMAK, apalagi setelah mulai Mabit Intensif, gue semangat banget buat selalu nanya dan minta diajarin.

Jadi, kalau kali ini gue gagal lagi, gue nggak terlalu kecewa. Karena setidaknya... kali ini gue gagal lebih baik karena gue mengerjakan soal dengan sungguh-sungguh dan setidaknya, doa dan belajar untuk UMB juga jauh lebih baik dibanding waktu SIMAK UI. Dan di kesempatan terakhir ini... di SNMPTN untuk meraih PTN Favorit, kalaupun nantinya gue gagal lagi, gue sudah menemukan pikiran positif. Allah SWT akan memberikan gue kampus dan jurusan yang terbaik untuk masa depan gue. Mungkin kalau nanti gue gagal lagi, gue memang ditakdirkan untuk mulai memakai jilbab di UIN dan mungkin itu akan membuat gue menjadi Muslimah yang lebih baik. Mungkin Jurnalistik memang adalah yang terbaik dan paling pas buat gue karena itu Allah nggak mengizinkan gue diterima di PTN lain. Ya, pada akhirnya gue akan tetap bersyukur.

So, I'll keep moving forward dan melakukan yang terbaik yang gue bisa lakukan demi SNMPTN ini. Bismillahirrohmanirrohim... Semoga teman-teman yang lain juga diterima di PTN yang terbaik untuk mereka dan masa depannya 💜