Sunday, October 24, 2010

Day #19 Menjadi Diri Sendiri

Nah, hari ini  gue baru saja pulang dari NF (Nurul Fikri). I've told you that I'm a teacher, right? Well, not exactly a teacher... hehehehe, hanya sekedar pengajar yang ingin berkontribusi di organisasi yang telah memberikan gue keluarga kedua ❤

Jadi, hari ini gue baru saja menemani sahabat gue, Fadhlia Najmia, mengajar di rombonga A (Ada 4 rombongan di Mabit: A, B. C, D) dan tadi adalah salah satu malam mengajar yang cukup seru. Bukan gue yang ngajar sih, tapi Mia. Gue cuma datang untuk melihat wajah adik-adik yang insya Allah tahun depan, akan melanjutkan posisi kita sebagai pengajar, dan melanjutkan amanah kita untuk membantu adik-adik yang selanjutnya dalam belajar meraih Perguruan Tinggi Negeri yang diinginkan (Semoga mereka mendapatkannya, Ya Allah. AMIN)


Nah, tadi itu, berhubung kita para pengajar adalah manusia-manusia yang masih kurang pengalaman dan juga ilmu, kita sempat kebingungan saat menjelaskan materi. Ditambah lagi, para adik kelas kita di 2011 adalah manusia-manusia luar biasa yang aktif dalam menyampaikan pendapat.

Nah, terus apa hubungannya dengan "Menjadi Diri Sendiri"? Gue adalah orang yang paling susah bersikap formal, layaknya pengajar-pengajar keren lain. Jadi, tadi, dengan mereka, gue berbahasa layaknya dengan teman, bahkan menggunakan "gue-elo" sebagai komunikasi dan saat mereka meminta penjelasan mengenai pelajaran yang belum kita benar-benar mengerti, gue dan Mia sepakat untuk mengatakan secara jujur.

"Hey, maaf ya. Untuk jawaban nomor sekian, kita belum punya penjelasan yang pasti. Tapi insya Allah, kita akan segera mencari tau. Karena itu, kita minta maaf." 

Dan menawarkan mereka yang bisa menjelaskan dengan lebih baik untuk bicara. Yep, seperti di Dauroh Pengajar yang gue ikuti beberapa bulan lalu, sebelum resmi menjadi pengajar disini. Jika kita tidak tahu, maka jangan berpura-pura tahu atau sok tahu hanya demi menjaga wibawa diri. Jangan sampai ilmu yang kita ingin berikan kepada adik-adik kita justru menyesatkan mereka. Jujurlah bila kita belum tahu karena dengan begitu akan lebih mulia dibanding sok tahu tapi menyesatkan.

Selain itu, gue juga benar-benar menjadi diri sendiri di depan mereka. Yep, gue juga nggak menyangka gue bisa begitu. Hmm... mungkin karena gue berada di Mabit ya. Tempat yang sudah gue anggap rumah kedua. Dimana keluarga gue berada disana. Siapa sih, yang nggak menjadi diri sendiri di rumah sendiri?

Haha, so what's the point? Errr... Entahlah. Gue hanya ingin bercerita saja dan menulis untuk menjaga konsistensi gue di #30harimenulis ini. Ya udah, segitu aja deh. Semoga menghibur. Kalaupun tidak, ya udahlah, huehehehe...

Friday, October 22, 2010

Day #18 A Mother

I'm sitting in front of my computer tonight. My mom suddenly came into my room and kissed my cheek, and that's why I decided to write about her tonight ❤

My Mother. She's the most extravagant person I have known in my life. My mom is the mother who will go across the sea and even the ocean just for her children. She loves to talk and tell people she met the same story over and over and over and over again. Yeah, sometimes I have to run away when she needs someone to talk cause I know she would only tell me the old stories she's been repeating. I know I shouldn't do that and better sit and listen to her, but, well, I'm only human 😆

She usually calls my little brother, pulls him close to her, and then attacks him with many kisses and tickles. She would do the same thing to me, but I usually locked myself in my room so she couldn't reach me (oh my God, what kind of daughter I am 😂). She's very stubborn, and she passed that trait to her children. Yeah, my two brothers and I are such stubborn people too.

When angry, she will threaten us and say, "I'm not gonna do this and that to all of you anymore." But in fact, she never keeps her word. She will return to her personality when she's feeling better and then open her hands for us and offer us a lot of stuff to make us happy.

She will do everything to make the people she loves happy. And in return, she wants us always to be there whenever she needs it. I'm so ashamed that I can't spend much time with her anymore since I'm so busy right now.

But soon, when I finally have free time, I'll give all my time to her again. I promise ❤
 
She's pretty awesome mother of mine
Ya, seriously. She's awesome :)


Tuesday, October 19, 2010

#day 17 English, English, English

Hey, there... How are you? I wish you guys have a great life and stay healthy. So, just like the title, we're talking about English right now. I mean, about the language. 
 

In junior high school, I got a bad score in English because I always ran away when the class started with Ema (my best friend). Yea, no kidding. We ran away from class. We usually hid in the toilets and sat on the floor, playing the radio on our cellphone and talked until the class over. Haha, good times because I hated English. That's why I got a really bad score for English on the National Exam ><


 

Then, I entered high school and got to know Adillah. Then, she becomes my best friend until now. She asked me to go to her house and watch many movies. All those movies are in English.


The first movie that we watched was Bring It On! All or Nothing. The movie was fun. Then, I borrowed it from Adillah to watch it at home. And, typical me, if I love the movie, I'll watch it over and over and over and over again!


Anyway, because I watched the movie and repeated it like a 'million times', it makes me remember all the words and the dialogue, Yea, and then I think, "Wow, English is interesting." and that's why I started to learn more about it. It becomes my favorite lesson. I always feel excited to know more and more about English, even from the simplest thing like Tenses.


I also learned it by talking with foreign online friends to get used to speaking English. Fortunately, I enter UIN University and found a very.... very good English lecturer. Really, she is the best English teacher I've ever had. She teaches me everything, including the reason behind every word/tense/grammar. She makes me more excited about the lesson. I'm not saying I'm EXTREMELY good at English right now. But I understand it. And I want to learn more and more until I become just like my teacher (well, it may well be just a dream) =.=

 

I still need to improve my grammar and make many mistakes when I make a short sentence, but I'll try to improve it. I'm sure I can because I have fun learning English and love it. I also have to add more vocabulary to my brain. There are so many vocabularies that I have yet to learn, so sometimes I need to open my dictionary if I read an English paragraph. Oh, well, wish me luck.


PS: Sorry if I mess up my grammar. Going to fix it real soon and learn more. Please, do correct me so I can learn.

Monday, October 18, 2010

#Day 16 Learning by Doing


Jadi, gue baru saja mendapatkan pengalaman yang berharga dan menakutkan serta menyebalkan yang pernah gue alami. GUE MENGAJAR.

IYA LHO, GUE MENGAJAR!! SERIUSAN

Tapi jangan langsung berpikir yang aneh-aneh dulu seperti "Wah, hebat, pasti pinter deh, makanya bisa ngajar..." karena kenyataannya bukan seperti itu. Ini akibat rasa percaya diri dan sotoy yang berlebihan dulu, serta terpengaruh teman-teman gue yang hebat-hebat (gue lupa kalo gue tidak sehebat mereka) sehingga gue mendaftarkan diri untuk jadi pengajar penerus Linguistik di Mabit Nurul Fikri. Mengajar anak-anak kelas 3 SMA B. Indonesia untuk SNMPTN. Dan kemarin, pengalaman perdana gue pun dimulai. Mengajar anak-anak Mabit 2011. DAN KACAU!!

Yep, Bahasa Indonesia nggak semudah yang kita bayangkan. Dan gue sebenernya udah merasa cukup menguasai materi gue, tapi ternyata gue melakukan beberapa kesalahan di soal pre-post sehingga akhirnya banyak yang ngezonk. Untunglah saja anak-anak SMA yang gue ajarkan itu pintar-pintar ><
 
Jadi gue jujur aja setiap kali gue melakukan kesalahan, mereka harus mengoreksi kalau memang mereka bisa mengoreksi. Dan jadinya malah kayaknya gue yang diajarin .__.

Ya sudahlah, untungnya gue nggak terlalu memalukan juga. Minimal gue cukup jelas saat menjelaskan materinya. Hiks hiks, pengalaman ini akan gue jadikan pelajaran dan semoga bisa membuat gue lebih baik di penampilan mengajar selanjutnya. Doakan saja ><

#Day 15 Hampir Saja Gagal


Jadi, sudah lima hari gue nggak punya waktu untuk menulis untuk projek #30harimenulis by Maradilla dikarenakan kesibukan (alhamdulillah sibuk). Tapi akhirnya, sekarang gue membayar dengan menulis 4 atau 5 post langsung. Yah, cupu sih ya, tapi mau bagaimana lagi. Kali ini pun gue cuma mau numpang curhat aja. Pekerjaan gue bejibun (bukan pekerjaan sih, belum pantas gue dibilang pekerja), tapi yah ada tugas dan tanggung jawab yang harus gue lakukan dan gue sudah terlanjur berjanji untuk melaksanakan tanggung jawab itu. Dan sumpah.... Gue kacau. Jadwal gue berantakan. Gue bingung mau memprioritaskan yang mana!!
 
Yah, dan ini menyebabkan gue susah bahkan untuk meluangkan waktu sedikit saja untuk menulis. Selain itu, otak gue buntu tak ada inspirasi. Tapi semoga saja dengan membuat 5 post sekaligus ini bisa membayar hutang posting-posting yg kemarin. HIKS

PS: Jangan pernah jadi deadliner seperti gue. MENDERITA

Day #14 Terinspirasi dari Pak Sungaidi


Sesuatu yang amat sangat kita benci,
Belum tentu sesuatu yang akan menjerumuskan kita
Sesuatu yang amat kita cintai
Belum tentu takkan menghancurkan kita
Pandanglah segala hal tidak hanya dari satu sisi
Lihatlah lebih dalam, jangan hanya sekedar yang tersirat
Karena sesuatu yang luar biasa dan berharga
Tak bisa dilihat hanya dengan mata telanjang
Tapi juga dengan mata hati

Sunday, October 10, 2010

Day #13 A Wallflower


Look at her...
She is sitting right there
Far away from the crowd
And nobody cares
It's true. She's a wallflower
She has been getting used to being alone and to be lonely
Too shy to start the conversation
She doesn't know how to get along with others
She may never ask for attention
But it doesn't mean she doesn't need one
She needs it, even just a little bit
To give herself proof that her presence in this life is real
She might be okay with being invisible
But sometimes, she also needs at least one friend
A friend to cheer her up when she's sad
She keeps asking herself: "Am I worthy enough?"
"Why am I the only one who doesn't have a friend here?"

Thursday, October 7, 2010

Day #12 Judge A Book by Its Cover


Judge a book by its cover?

Menurutku, menilai sesuatu hanya dari luarnya, seperti cara kita menilai buku dari sampulnya, bukanlah hal yang baik. Karena pada kenyataannya, kita belum tahu apa yang sebenarnya ada di dalam diri seseorang ini, bukan? Sebenarnya, dulu aku juga menilai sesuatu dari penampilan luarnya kok. Hanya mendengar cerita dari orang lain tentang keburukan seseorang, aku langsung ikut terpengaruh menghakimi seseorang itu buruk. Tapi, seiring dengan aku bertemu banyak orang-orang baru, aku jadi tahu kalau manusia itu sebenarnya penuh dengan bermacam karakter dan tidak semudah itu seharusnya menghakimi orang lain.

Belum tentu orang yang penampilannya rapi dan tertutup, pendiam, ramah, santun kata-katanya, adalah orang baik. Belum tentu juga orang yang penampilannya semrawutan, adalah orang yang nggak punya etika. Aku kenal seseorang yang kalau kita melihat penampilannya, maka kita pasti akan langsung berpikir negatif tentang orang ini. Dan aku pun sempat berpikir begitu tentang dia. Tapi, lalu aku jadi kenal dia lebih dekat dan memahami sifatnya. Dan ternyata, dia malah membuatku kagum dengan banyak kebaikan dalam dirinya ❤

Sesungguhnya, setiap hal pasti memiliki sisi positif dan negatif. Semoga kita tidak membiarkan diri menghakimi sesuatu terlalu cepat ya.

Wednesday, October 6, 2010

Day #11 Akhir dan Perpisahan

Setiap orang pasti memiliki sesuatu yg berharga dalam hidupnya. Keluarga, sahabat, pacar, bahkan hewan peliharaan. Aku selalu diajarkan bahwa tak ada yang abadi di dunia ini. Setiap awal, pasti memiliki akhir. Setiap pertemuan, pasti memiliki perpisahan. Dan sejujurnya, setiap kali berpikir begitu, aku merasa takut. Takut akan sebuah akhir yang aku tahu pasti akan datang entah kapan. Takut pada perpisahan yang selalu mengikuti sebuah pertemuan. Khususnya, jika hal itu terjadi kepada sesuatu yang benar-benar berharga bagi kita.

Saat ini, yang berharga bagiku adalah keluarga dan sahabat-sahabat. Aku telah mengalami banyak pertemuan dan perpisahan. Seperti kelulusan sekolah, dimana kita harus berpisah jalan dengan teman-teman yang telah menghabiskan masa beberapa tahun bersama kita. Saat kelulusan SMP, aku harus berpisah jalan dengan sahabat-sahabat: Kiki, Ema, Kartika, Dianti, dan Revina. Sedih. Tentuh saja. Amat sangat. Tapi, kita masih tetap bisa saling mengunjungi satu sama lain. Perpisahan SMP itu, masih tidak begitu menyakitkan.

Saat perpisahan SMA, aku merasa jauh lebih sedih lagi karena hubungan dengan teman-teman di SMA sudah terlalu dekat dan nyaman. Khususnya, karena aku dan sahabat-sahabat sudah lebih mengerti keadaan dan perasaan. Dan bahkan salah satu dari kita harus pergi jauh ke luar kota demi menuntut ilmu di PTN yang dia dapat. Dan rasa sedih itu menjadi lebih dalam karena kita tak lagi di satu kota yang sama. Hal yang mungkin bagi orang lain adalah biasa, tapi tidak bagiku. Tapi tidak apalah. Kita masih bisa berhubungan dan bertemu meski hanya beberapa kali setahun.

Perpisahan lainnya adalah dengan kawan-kawan di Mabit. Di tempat ini, hanya dalam waktu setahun, aku merasakan ikatan yang kuat dan merasa memiliki keluarga kedua. Karena mungkin disini kita memang sama-sama berjuang dari awal hingga akhir. Belajar banyak hal bersama. Karena itu sangat berat rasanya saat pengumuman SNMPTN dan mengetahui bahwa sebagian dari kita akan berpencar ke belahan bumi Indonesia yang lain demi PTN yang telah mereka dapat. Tapi, aku masih bisa mengatasi rasa sedihnya karena pasti suatu saat akan bertemu lagi.

Lalu, akhir-akhir ini aku berpikir, sampai kapan semua hubungan ini akan berjalan? Apakah aku akan selamanya menyayangi mereka? Apakah mereka akan selamanya menganggapku sebagai bagian dari hidup mereka? Hidup mereka tidak hanya berputar di diriku, begitupun aku. Pertemuan dengan orang-orang baru pasti terjadi. Lalu, apakah mungkin, sesuatu yang kuanggap berharga ini takkan berubah? 

Aku belum pernah mengalami kehilangan yang sesungguhnya. Semua orang yang berharga bagiku, masih hidup. Aku masih bisa melihat mereka meski tidak setiap waktu. Tapi selama mereka masih hidup, setidaknya, aku tahu bahwa pasti akan bertemu dengan mereka lagi. Tapi, aku mengenal beberapa orang yang telah kehilangan sahabatnya untuk selama-lamanya. Kehilangan keluarganya untuk selama-lamanya. Dan aku takut untuk seperti itu. Sejujurnya, setiap kali aku merasakan kebahagiaan sebuah kebersamaan, saat itu rasa takut juga mengiringi. Rasa takut dan bertanya-tanya... Bagaimana jika ini berakhir? Bagaimana jika satu persatu mereka hilang? Hidup tak akan sama. Dan aku takut dengan kehilangan. Sangat takut.

Mungkin aku berpikir telalu jauh. Mungkin aku terlalu naif. Mungkin aku lemah. Mungkin aku menyedihkan. Kita semua tahu, bahwa suatu saat semua akan kembali lagi kepada-Nya. Tapi, aku tetap takut. Kalau bisa, aku ingin menghentikan waktu di saat bersama dengan orang-orang yang berharga, dan memastikan bahwa mereka akan terus ada. Selamanya. Tanpa ada akhir. Tanpa ada perpisahan.

Tuesday, October 5, 2010

Day #10 GURU

Salah satu karakter Guru. Bu Muslimah di Laskar Pelangi

Menurutku, menjadi seorang guru adalah sesuatu yang luar biasa. Luar biasa. Bagaimana tidak? Guru adalah seseorang yang mengajarkan kita ilmu. Dan jika ilmu yang mereka ajarkan dapat kita gunakan dengan baik, meski sekecil apapun ilmu itu, maka pahala seorang guru itu akan mengalir terus tanpa henti hanya karena satu ilmu yg diajarkannya.

Sayangnya, di masa ini, tak semua orang bisa menghargai guru. Bahkan, sebagian besar lebih sering menghina dan meremehkan guru. Menganggap mereka tidak penting. Bersikap sombong dan merasa bahwa ilmu yang mereka ajarkan tidak berguna. Merasa kesal karena tugas yang terlalu banyak, dan tak ingin dinasihati. Ckckck... dasar anak muda jaman sekarang *melirik diri sendiri*

Menjadi guru adalah sesuatu yang luar biasa. Tapi sayangnya, tak semua orang bisa menjadi guru yang sebenarnya. Banyak pemberitaan tentang guru yang melecehkan muridnya, guru yang berbuat kasar pada anak didiknya, guru yang korupsi uang sekolah, dan berbagai berita sejenis lainnya. Maka anak-anak yang jadi mudah terpengaruh dan berpikir bahwa guru itu bukan hal yang baik.

Tapi, bukan berarti kita menganggap bahwa semua guru seperti itu. Hanya karena seorang Guru membentak kita, lalu kita marah dan menganggapnya jahat. Padahal, mungkin saja semua itu adalah kesalahan kita yang tak kita sadari atau terlalu gengsi untuk mengakui. Coba kita lihat ke diri sendiri. Mungkin ada kesalahan kita yang membuat guru itu marah. Bagaimanapun, guru itu manusia biasa dan punya batas kesabaran. 

Bu Muslimah mendapat penghargaan dari Presiden Indonesia

Lalu, bagaimana sebenarnya Guru yg sebenarnya itu?

Haha, nggak mau sok tau juga karena belum pernah menjadi guru dan ilmu juga belum cukup mengenai itu. Tapi melihat dari beberapa guru yang pernah mengajariku, guru yang baik, menurutku adalah mereka yang bisa mengajarkan menyayangi murid-muridnya dengan tulus, bukan hanya karena tuntutan pekerjaan. Guru yang baik adalah mereka yang tidak membeda-bedakan murid. Guru yang baik adalah mereka yang mau membagi ilmu mereka sekecil apapun dengan ikhlas. Guru yang baik, adalah mereka yang bisa selalu mempercayai kemampuan murid-muridnya. Guru yang baik, adalah mereka yang bisa membangkitkan semangat dan kepercayaan diri kepada anak-anak didiknya. Dan terakhir, Guru yang baik adalah mereka yang tak hanya mengajarkan teori, melainkan juga mengenai nilai-nilai kehidupan. 

Nah, selamat Hari Guru 💜

Sunday, October 3, 2010

Day #9 KEGAGALAN


Kesalahan. Kegagalan. Mereka pasti akan terus mengikuti dalam hidup. Tak mungkin tidak. Karena dunia berputar. Ada saat kita di bawah, dan ada saat kita berada di atas. Semua orang tahu itu. Berbagai macam kegagalan kita alami. Kegagalan cinta. Kegagalan dalam pelajaran. Kegagalan dalam rumah tangga. Kegagalan dalam mengejar cita-cita, dan sebagainya. 
  
Aku mengenal banyak sekali orang-orang yang pernah gagal. Itu adalah hal yang biasa. Yang luar biasa adalah, orang yang pernah gagal, tapi ia berhasil bangkit dari keterpurukan.

Bukan hal aneh kalau setelah mengalami sebuah kegagalan yang luar biasa, orang menjadi marah, kecewa, dan hampir saja menyerah. Tapi, apakah dengan begitu dapat mengubah kegagalan kita? Meratapi kegagalan secara berkepanjangan tanpa melakukan sesuatu tentang itu tak akan mengubah apapun.
 
Aku mengenal banyak orang yang pernah gagal. Sebagian besar orang-orang itu aku kenal di Mabit Nurul Fikri. Orang-orang yang punya impian sama, yakni mengejar PTN Favorit, lalu belajar bersama kawan-kawan yang sudah seperti saudara, dan lalu di akhir perjuangan, mereka gagal. Terlebih lagi, mereka gagal di tengah kawan-kawan mereka yang berhasil. Hal itu menyakitkan, pasti. Amat sangat menyakitkan.

Sebagian dari kawan-kawan itu sempat menghilang untuk beberapa saat. Tentu saja kita mengerti. Mereka butuh waktu untuk mengatasi kekecewaan. Mereka mungkin seperti orang-orang lainnya. Mengeluh pada Tuhan. Bertanya-tanya apa yang salah. Dan merasa tidak adil. Tapi... mereka tidak begitu untuk waktu yang lama. Mereka bangkit. Dan memutuskan untuk mencoba lagi. Berdamai dengan kegagalan dan menjadikannya sebagai pelajaran yang berharga. Lalu tanpa lelah mereka mencoba untuk mengejar lagi cita-cita itu hingga akhirnya, kawan-kawan itu sekarang meraih apa yang telah mereka impi-impikan dulu.

Aku tidak sehebat mereka. Aku hanya anak dengan pengalaman hidup minim yang terus mendengar cerita dari orang-orang di sekitar, lalu berharap bisa juga belajar darinya. Aku bahkan tidak tahu, apakah akan bisa seperti mereka jika mengalami hal yang sama. Tapi yang pasti, aku amat sangat mengagumi mereka yang pernah gagal tapi tak pernah menyerah untuk mencobanya lagi.

"Ever tried. Ever failed. No matter. Try again. Fail again. Fail better." 
- Samuel Beckett

Friday, October 1, 2010

Day #8 DEADLINE!



Gue selalu tahu bahwa dikejar deadline itu nggak enak. Kita akan panik karena kerjaan yang sebelumnya kita tunda-tunda karena merasa *masih ada waktu panjang* tau-tau akan menumpuk begitu kita sadar waktu kita hanya tinggal hitungan menit. Gue tau bahwa jika kita mengerjakan semua pekerjaan kita sedikit demi sedikit tapi rutin, maka kita akan tenang di akhir. Tapi meski sudah tahu semua itu, entah kenapa, tetap saja otak ini nggak mau mengubah cara kerjanya. Selalu saja gue mengerjakan hal-hal yang sebenarnya sudah lama harus gue mulai kerjakan, justru di masa-masa penghabisan. Akhirnya panik sendiri karena waktu terus mengejar. Tapi untungnya, sejauh ini, gue selalu bisa menyelesaikan pekerjaan dengan cukup baik, meski selalu dikejar deadline. Tapi tetap saja, ini bukan hal yang baik untuk ditiru. Jadi jangan ditiru. Karena gue sendiri sudah berusaha lepas dari sifat ini. Tapi entah kenapa, susah sekali. Karena faktanya, penyakit deadline ini adalah penyakit turunan dari Papa dan Mama yang juga seorang deadliners sejati. Sulit bagi gue untuk tidak mewarisi sifat itu 😈