Setiap orang pasti memiliki sesuatu yg berharga dalam hidupnya. Keluarga, sahabat, pacar, bahkan hewan peliharaan. Aku selalu diajarkan bahwa tak ada yang abadi di dunia ini. Setiap awal, pasti memiliki akhir. Setiap pertemuan, pasti memiliki perpisahan. Dan sejujurnya, setiap kali berpikir begitu, aku merasa takut. Takut akan sebuah akhir yang aku tahu pasti akan datang entah kapan. Takut pada perpisahan yang selalu mengikuti sebuah pertemuan. Khususnya, jika hal itu terjadi kepada sesuatu yang benar-benar berharga bagi kita.
Saat ini, yang berharga bagiku adalah keluarga dan sahabat-sahabat. Aku telah mengalami banyak pertemuan dan perpisahan. Seperti kelulusan sekolah, dimana kita harus berpisah jalan dengan teman-teman yang telah menghabiskan masa beberapa tahun bersama kita. Saat kelulusan SMP, aku harus berpisah jalan dengan sahabat-sahabat: Kiki, Ema, Kartika, Dianti, dan Revina. Sedih. Tentuh saja. Amat sangat. Tapi, kita masih tetap bisa saling mengunjungi satu sama lain. Perpisahan SMP itu, masih tidak begitu menyakitkan.
Saat perpisahan SMA, aku merasa jauh lebih sedih lagi karena hubungan dengan teman-teman di SMA sudah terlalu dekat dan nyaman. Khususnya, karena aku dan sahabat-sahabat sudah lebih mengerti keadaan dan perasaan. Dan bahkan salah satu dari kita harus pergi jauh ke luar kota demi menuntut ilmu di PTN yang dia dapat. Dan rasa sedih itu menjadi lebih dalam karena kita tak lagi di satu kota yang sama. Hal yang mungkin bagi orang lain adalah biasa, tapi tidak bagiku. Tapi tidak apalah. Kita masih bisa berhubungan dan bertemu meski hanya beberapa kali setahun.
Perpisahan lainnya adalah dengan kawan-kawan di Mabit. Di tempat ini, hanya dalam waktu setahun, aku merasakan ikatan yang kuat dan merasa memiliki keluarga kedua. Karena mungkin disini kita memang sama-sama berjuang dari awal hingga akhir. Belajar banyak hal bersama. Karena itu sangat berat rasanya saat pengumuman SNMPTN dan mengetahui bahwa sebagian dari kita akan berpencar ke belahan bumi Indonesia yang lain demi PTN yang telah mereka dapat. Tapi, aku masih bisa mengatasi rasa sedihnya karena pasti suatu saat akan bertemu lagi.
Lalu, akhir-akhir ini aku berpikir, sampai kapan semua hubungan ini akan berjalan? Apakah aku akan selamanya menyayangi mereka? Apakah mereka akan selamanya menganggapku sebagai bagian dari hidup mereka? Hidup mereka tidak hanya berputar di diriku, begitupun aku. Pertemuan dengan orang-orang baru pasti terjadi. Lalu, apakah mungkin, sesuatu yang kuanggap berharga ini takkan berubah?
Mungkin aku berpikir telalu jauh. Mungkin aku terlalu naif. Mungkin aku lemah. Mungkin aku menyedihkan. Kita semua tahu, bahwa suatu saat semua akan kembali lagi kepada-Nya. Tapi, aku tetap takut. Kalau bisa, aku ingin menghentikan waktu di saat bersama dengan orang-orang yang berharga, dan memastikan bahwa mereka akan terus ada. Selamanya. Tanpa ada akhir. Tanpa ada perpisahan.
0 komentar:
Post a Comment