Monday, July 21, 2014

Snowball

Snowball adalah permainan (entah bisa disebut permainan atau tidak) yang gue kenal sekitar empat tahun lalu di acara Aroma Mabit Nurul Fikri saat gue masih aktif-aktifnya. Caranya adalah dengan membentuk lingkaran bersama teman-teman kita, kemudian masing-masing orang diberi kertas. Kertas tersebut dinamai oleh pemiliknya masing-masing, kemudian diberikan ke teman di sebelahnya. Si teman yang mendapat kertas dengan nama kita harus menulis apapun yang berhubungan dengan diri kita, boleh jadi pesan dan kesan, atau sekedar tulisan nggak penting tipikal sahabat yang males bersikap formal, hehehe. Kertas masing-masing orang akan terus diputar sampai kertas tersebut kembali ke si pemiliknya, dengan begitu dia akan mendapat catatan dari semua orang di lingkaran tersebut. Itulah kenapa permainan ini dinamakan snowball~ Menurut gue, sih, permainan ini hanya seru dilakukan bersama orang-orang yang memang sudah mengenal kita dengan baik.

Anyway, semalam gue bersama kawan-kawan Maximilian bermain snowball setelah berbuka puasa bersama. Gue pun iseng membuka notes snowball empat tahun lalu bersama kawan-kawan Aroma, dan gue agak kaget dengan perbedaan komentar yang cukup signifikan tentang diri gue karena ini berarti gue mengalami perubahan karakter yang drastis.

Kesimpulan dari notes snowball kawan-kawan Aroma 4 tahun lalu:
1. Suka Jepang (masih sampai sekarang....)
2. Good singer
3. Kadep yang baik (alhamdulillah, selalu takut sebenarnya dengan tanggung jawab itu dulu)
4. Bawel (that's odd... now, I can barely talk to people haha)
5. Jangan suka begadang
6. Fave teacher 
7. Selalu penuh semangat
8. Seru, rame, asik...
9. Selalu terlihat sangat 'hidup'

Kesimpulan dari catatan kawan-kawan Maximilian yang gue dapat adalah: 
1. Pendiam
2. Harus lebih percaya diri untuk tampil (cuma bisa senyum baca ini)
3. Pemalu
4. Introvert
5. Jangan menyimpan semua hal sendirian
6. Move on (ini 'sih pesan dari orang-orang yg susah move on juga sebenernya 😛)
7. Good singer (yang ini zonk sih karena semua anak Maxi yang notabene padus kan penyanyi juga)
8. Punya sikap dingin dan cuek
9. Best friend (you know who you are guys!! :"))
10. Jangan suka begadang (some things never changed haha)

Entah point of view yang mana yang menggambarkan gue yang sesungguhnya, dan entah bagaimana gue bisa begitu terlihat 'hidup' empat tahun lalu, sedangkan sekarang, sepertinya yang terlihat dari gue hanya seperti zombie berjalan. Mungkin karena empat tahun lalu adalah masa peralihan dari remaja ke dewasa, ada sebuah semangat yang membuncah terhadap tantangan di depan gue. Gue begitu perfeksionis, yang gue inginkan hanya melakukan yang terbaik. Gue bisa berbicara lepas dan banyak dengan orang-orang. Gue tidak pernah sekalipun melewatkan kegiatan kumpul-kumpul bersama dan sebagainya, gue merasa hidup dari energi kuat orang-orang di sekitar gue saat itu. 

Hari ini, saat ini, di masa gue hidup sekarang, gue berubah. Entah sejak kapan gue semakin menikmati kesendirian, dan semakin menghindari keramaian dan pandangan orang-orang. Gue menghindari berbagai ikatan yang terlalu erat dan semakin sulit untuk menyampaikan sesuatu, atau lebih tepatnya merasa tidak perlu untuk menyampaikan sesuatu itu. Semangat membara untuk bersosialisasi yang dulu ada itu seolah padam. Segala target dan cita-cita semakin gue sederhanakan dan hal yang paling gue inginkan sekarang hanyalah ketenangan jiwa dan kesembuhan.

Terkadang gue bertanya-tanya, bagaimana gue bisa begitu hidup dulu? Seolah gue nggak pernah mengalaminya karena gue begitu menikmati diri yang sekarang. Tentu saja yang ada pada diri gue sekarang jadi terlihat negatif di mata orang lain dibanding positifnya. Gue rasa kebanyakan orang lebih menyukai sosok yang talkative dan terbuka. Sedangkan gue jauh dari semua itu. But at the end of the day, I like who I am. I love my solitude and I love my peace. Ramadhan ini, gue semakin merasa terkendali dan semakin merasa bahwa terkadang, kedamaian itu memang didapatkan dari kesendirian, tapi bukan dengan hidup sendiri. Gue tidak bisa hidup sendiri, tapi gue juga tidak bisa hidup dengan terlalu banyak orang.. 

Anyway, the iftar with Maximilian was fun, I think we are blessed with that sense of togetherness that will stick with us until the end, inshaa Allah. Ameen.