Tuesday, November 23, 2010

Another Great Girl

I just found a very interesting-inspiring girl in Mabit. She reminds me to always keep a sense of gratitude in my heart. Girl, I hope you reach your dreams. Stay strong and hopefully, you can be one of the greatest ladies in the future. You've already proved that you are strong. I admire you secretly now. What an inspiration ❤

Sunday, November 21, 2010

Day #30 Penutupan Departemen Linguistik

Ujian Integrasi di Universitas Indonesia

Akhirnya saat ini tiba juga. Saat dimana gue selesai mengajar Departemen Linguistik untuk rombongan A dan B Mabit Nurul Fikri 2011. Sejujurnya, ini adalah hari yang gue tunggu-tunggu.

Gue sering mengeluh betapa repotnya menjadi pengajar, terutama pengajar Mabit. Apalagi gue mengemban amanah sebagai Ketua Department Linguistik. Maka beban gue menjadi semakin berat. Setiap selesai mengajar atau sesi Kakak Asuh pun, gue selalu dibebani rasa bersalah. bertanya-tanya, apakah ilmu yang baru gue sampaikan ke mereka sudah cukup jelas? Apakah cara mengajar gue tadi cukup jelas? Ya, perasaan cemas dan takut atas tanggung jawab yang besar karena gue harus mengajarkan sesuatu yang akan membantu mereka dalam mengejar mimpi mereka, yaitu mendapatkan Perguruan Tinggi Negeri yang mereka inginkan.

Yah, meski saat mengajar ataupun sesi Kakak Asuh, gue menjalaninya dengan santai dan menikmatinya dengan sepenuh hati, tapi saat sudah di rumah, atau saat semuanya selesai, gue selalu mengingat lagi apa yang sudah gue coba berikan kepada mereka; Mabiters 2011. Apakah cukup baik? Ataukah hanya membawa mereka pada kesesatan?

Kelas reguler, sesi Kakak Asuh, dan ujian departemen telah kami lewati. Semua melelahkan, merepotkan, menyusahkan, tapi terasa sangat menyenangkan di saat yang bersamaan. Berinteraksi dengan Mabiters yang umurnya tidak jauh berbeda, mereka yang saat ini sibuk mengejar mimpi mereka, persis seperti gue dulu saat masih menjadi mabiters, memberikan sensasi perasaan yang menyenangkan. Nggak bisa dijelaskan, tapi gue tau ini akan jadi salah satu perasaan yang nggak akan bisa dilupakan seumur hidup.

Gue nggak pernah sekalipun menganggap mereka murid karena gue belum merasa pantas menyebut diri sebagai guru. Gue menganggap mereka sebagai teman dan berinteraksi dengan mereka sebagai teman juga. Selama mengajar di rombongan A dan B yang dipenuhi oleh orang-orang hebat ini, gue sadar gue memiliki sangat banyak kelemahan, terutama dalam hal mengajar. Oleh karena itu, moment Penutupan Departemen Linguistik ini gue gunakan untuk meminta maaf kepada mereka. Mereka adalah orang-orang hebat yang memiliki analisis tinggi dan kritik mereka sangat membangun. Gue merasa tertampar, tapi sekaligus tersemangati. Gue dan para pengajar Linguistik meminta maaf kepada kalian para mabiters rombongan A dan B atas segala kekurangan dan ketidaksempurnaan kami. Gue juga berterimakasih banget atas kritik dan saran kalian, dan keterbukaan kalian serta keramahan kalian selama ini. Kalian bahkan masih menyempatkan diri untuk membuat hadiah untuk Departemen Linguistik.

Sumpah, speechless karena baru kali itu gue merasa amat sangat dihargai, padahal banyak kesalahan yang telah kita perbuat. Makasih banyak ya, Aroma dan Rombeng. Bismillah, Insha Allah kalian diterima di PTN yang kalian impikan. ❤
Bersama Pengajar
Kenang-kenangan dari Mabiters Romb. A dan B :)

Sunday, November 14, 2010

Day #29 SURGA

Di dalam ajaran Islam, dikatakan ada delapan macam surga dan semua umat Muslim akan dikelompokkan sesuai amal ibadahnya untuk lalu diputuskan akan masuk di surga yang mana jika amal baik mereka lebih besar dari timbangannya. Kalaupun nanti, seandainya, mungkin, secara keajaiban, alhamdulillah banget, gue bisa masuk ke salah satu surga itu, begitupula dengan orang-orang berharga dalam kehidupan gue di dunia... Bisakah, bolehkah, mungkinkah.... kami berada di satu surga yang sama? Atau, jika tak bisa berada di satu surga yang sama, bolehkah kami saling mengunjungi satu sama lain? Karena gue nggak ingin kebersamaan yang dimiliki bersama orang-orang berharga yang gue temui dalam hidup berakhir saat dunia berakhir. Gue ingin kebersamaan, kekeluargaan, pertemanan, dan ukhuwah yang gue miliki bersama mereka terjaga dan kekal abadi di kehidupan yang selanjutnya, yang dijanjikan Allah sebagai kehidupan abadi kita yang sebenarnya...

NB: Anggap saja kami semua Insha Allah mendapat keberuntungan dan bisa masuk surga semua. AMIN YA ALLAH!!

Day #28 OBAMA DATANG

Berbagai tanggapan terlontar. Dari yang mendukung hingga yang mengecam. Berbagai pendapat berseliweran, paling jelas di dunia maya atas kedatangan Barrack Obama.

Gue menonton saat beliau berbicara dengan Presiden kita, Susilo Bambang Yudhoyono di sebuah konferensi pers di Istana Negara. Dia mengucapkan “Assalamualaikum..” “Selamat sore..” dan beberapa bahasa Indonesia lainnya. Beberapa orang berpendapat, itu hanya cara seorang presiden yang ingin menjaga citra di depan publik. Mungkin memang benar begitu. Who knows, right? They are all politicians after all 😂

Beberapa orang juga berpendapat, kedatangan Obama menyebabkan Jakarta macet. Ada juga beberapa yang bilang, kalau Obama ke Indonesia tanpa merasakan kemacetannya, aka sia-sia saja. Dan, pendapat seperti ini pun dijawab oleh Sang Presiden:

Aku tahu karena sekarang aku sudah menjadi presiden, maka aku tak bisa lagi merasakan kemacetan Jakarta. Aku pernah tinggal disini, dan tahu kemacetan disini, dan ingin merasakan kemacetan itu lagi. Tapi, presiden mendapat banyak perlakuan khusus termasuk di jalanan sudah dari sananya. Aku ingin merasakan lagi naik becak, bemo, dan lainnya. Tapi sekarang kendaraan-kendaraan itu sudah tak ada di Jakarta sepertinya. Bahkan bangunan yang dulu kulihat paling tinggi, sekaang jadi pendek.” 
 
Ya namanya juga ibukota Pak. Perkembangannya dilihat dari seberapa banyak gedung tingginya, bukan dari kualitas pemerintahannya 🙈

PS:  Obama speaks good Indonesian. That's kinda heartwarming.

Thursday, November 11, 2010

Day #27 GOKUSEN (J-Drama)

 
Diangkat dari manga Jepang berjudul sama. Jadi, semua calon pengajar Mabit diharuskan nonton film ini bersama waktu pelatihan beberapa bulan yang lalu. Setiap episodenya penuh dengan makna dan nggak membosankan. Dipenuhi lawakan kocak tipikal Jepang yang entah kenapa selalu enak untuk ditangkap dan mudah dimengerti, tapi tetap cerdas.

Dorama ini bercerita tentang seorang wanita muda berusia 23 tahun bernama Kumiko Yamaguchi (Yukie Nakama), yang belakangan lebih akrab dipanggil Yankumi. Yankumi adalah nickname yang diberikan murid-murid pertamanya, yaitu murid kelas 3-D karena mereka tidak mau memanggil Yankumi dengan Yamaguchi-sensei dengan alasan meremehkannya sebagai guru baru di SMA yang isinya murid laki-laki semua, SMA Shirokin. Yankumi yang dari penampilan terlihat cupu, polos, dan lemah, mendapat kesempatan menjadi wali kelas 3-D. Kelas berisi manusia super rusuh yang bahkan nilai sekolahnya dibawah rata-rata, namun ikatan pertemanan antar muridnya begitu kuat. Mereka selalu berbuat onar serta melawan guru. Mereka tidak percaya dengan guru sama sekali, mungkin karena guru-guru juga menunjukkan perbedaan sikap terhadap mereka dan menyebut mereka sampah.

Kelas ini dipimpin oleh Shin Sawada (Jun Matsumoto). Pemuda tenang, pendiam, misterius dan paling cerdas di sekolah. Ada kisah tersendiri kenapa Shin bisa masuk di kelas terbelakang di SMA ini. Anak-anak kelas 3-D tidak menyukai kehadiran Yankumi dan berniat mem-bully guru manis tersebut. Mereka tidak tahu kalau Yankumi yang terlihat polos dan cupu, sebenarnya adalah cucu tunggal perempuan di sebuah keluarga Yakuza, yakni keluarga Oedo. Dia adalah generasi ke-4 calon pemimpin Yakuza, jika saja dia tidak lebih memilih menjadi guru. Wanita ini jago bertarung dan lebih kuat dari laki-laki biasa. Namun, identitasnya ini dirahasiakan supaya Yankumi tidak kehilangan pekerjaannya sebagai guru.

Lucu, melihat cara Yankumi mengatasi permasalahan murid-muridnya setiap hari. Anak-anak kelas 3-D awalnya menganggap Yankumi sama seperti guru lainnya yang hanya bisa menyalahkan murid dan selalu membeda-bedakan mereka. Butuh perjuangan untuk Yankumi mendapat kepercayaan dari murid-muridnya. Terutama dari Shin. Pemuda kalem ini mengetahui rahasia Yankumi karena sejak awal kedatangannya, Shin sudah merasakan bahwa guru wanita ini berbeda dari guru lain.

Sosok Yankumi adalah sosok guru yang absurd tapi luar biasa. Di beberapa adegan digambarkan berbagai pengorbanannya untuk murid-murid kelasnya, dan bagaimana ia selalu memperjuangkan muridnya agar mendapat kepercayaan dari guru-guru di SMA Shirokin. Yankumi juga selalu bergabung dengan murid-muridnya dalam berbagai kegiatan (baik hal itu benar atau salah 😂). 


Beberapa kata-kata Yankumi yang sangat menginspirasi:

"For a man, a time will come when you will have to fight to protect something. When that time comes, how much you can do will determine your worth. The basic form of fighting is one-on-one bare-handed. Don’t mix that with cowardly violence. Fighting is done with a passion to protect something dear to you.” (Yankumi, ep.5)

"You guys may not be good academically, but you guys have the most important thing as human beings. Right here. So go live your life with pride, confidence, and dignity.” (Yankumi, ep. 12)

Yankumi mencairkan hati-hati muridnya yang keras. Dorama ini recommended banget untuk ditonton semua yang ingin menjadi guru. Atau untuk memahami karakter orang-orang juga bisa. Setiap episodenya membawa tawa dan tangis serta pelajaran berharga


NB: Gokusen : Gokudo no Sensei : Gangster Teacher

Sunday, November 7, 2010

Day #26 Belitung...

Di SD Muhammadiyah Gantong Belitong, SD Laskar Pelangi!~

Bulan Agustus lalu, gue dan keluarga pergi wisata ke Pulau Belitung, Negeri Laskar Pelangi. Setelah sekian lama ngarep-ngarep doang bisa kesana, akhirnya kesampean juga. Meskipun harus dengan syarat lulus Perguruan Tinggi Negeri. Dan karena gue dinyatakan lulus PMDK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Mama pun memenuhi janjinya untuk membawa gue menjelajahi Belitung. Kita mengunjungi replika dari SD Muhammadiyah Gantong, tempat syuting Laskar Pelangi, melewati rumah Andrea Hirata (lewat doang) dan menjelajahi pantai-pantainya yang masih sangat bersih dan alami. Menelusuri jalanannya menyenangkan, sepi, dan halus. Katanya kalau naik motor di Belitung, kita akan serasa terbang saking sepinya jalanan itu.


Belitung dipenuhi hutan atau lahan kosong, biasanya lahan bekas pendulangan Timah. Langitnya biru banget, melebihi Jakarta. Benar-benar indah, lho. Selama disana, gue ditemani oleh Abel yang menjadi Tour Guide kami sekeluarga keliling Belitung, secara dia adalah orang asli sana, jadi dia yang menunjukkan kami jalan. Disana juga sering terlihat pelangi di sore hari. Gue mendapat kesempatan melihat pelangi yang indah di Pulau Lengkuas. Sayangnya nggak sempet diambil gambarnya, tapi insha Allah lekat dalam ingatan.
 


      

Day #25 Mabit Nurul Fikri



Beberapa dari teman-teman menanyakan, apa itu Mabit Nurul Fikri? Secara gue cukup sering membicarakan organisasi ini di berbagai tulisan, baiklah, sekarang akan gue ceritakan yang gue tahu. Jadi, postingan kali ini akan cukup panjang. Enjoy...

Kelas 3 SMA, gue mengikuti bimbingan belajar Nurul Fikri yang bertempat di Mampang. Untuk mendapatkan Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di Indonesia bukanlah hal yang mudah. Apalagi mengingat kemampuan otak gue yang... standar 😒 ... Jelas sekali kalau gue perlu ekstra usaha.

Nah, Nurul Fikri sama dengan Bimbingan Belajar lainnya, tapi yang membedakan adalah keberadaan Mabit di dalamnya. Mabit, singkatan dari Malam Belajar Iman dan Takwa. Gue tahu organisasi ini dari Mas Inu yang dulu masuk Mabit di angkatan 2008. Dia adalah salah satu alumni Mabit Nurul Fikri. Lalu, dia menyarankan gue untuk bergabung juga. Dan ternyata, banyak juga anak NF yang tertarik mengikuti Mabit. Anak-anak yang ikut Mabit bukan hanya berasal dari NF Mampang aja. Ada sebagian dari mereka yang jauh-jauh dari NF Cibubur, Pasar Minggu, Akses Depok, dan lainnya, ikut bergabung di Mabit Nurul Fikri.

Di Mabit terdapat 4 rombongan. A (Aroma), B (Rombeng), C (Ronceng), dan D (Rondeng). Gue masuk kelas Aroma, kelas khusus untuk anak-anak yang akan mengambil jurusan IPS di Universitas nanti. Sedangkan kelas-kelas lainnya adalah kelas untuk yang akan mengambil jurusan IPA. Di Mabit, terdapat 9 Departemen: Linguistik, Matematika, Kimia, Fisika, Hayati, Ekonomi, Geografi, Sejarah, IT. Di angkatan gue, Aroma dan Rombeng mendapat Departemen Linguistik untuk bulan pertama, sedangkan Ronceng dan Rondeng Departemen Matematika.

Sejak awal departemen, kelas Aroma selalu ditemani oleh dua senior sekaligus pengajar dari angkatan 2008 di hampir setiap pelajaran. Mereka adalah Kak Usman Ben Kumoring dan Kak Hendry Ma'ruf. Singkatnya, kami menjalani Mabit setiap hari Sabtu-Minggu. Untuk hari Sabtu, Ikhwan (cowok) dan Akhwat (cewek) digabung. Kami belajar hingga jam setengah 10 malam, lalu Akhwatnya boleh pulang dan melanjutkan pelajaran di hari Minggu pada jam yang sama. Sedangkan bagi Ikhwan akan menginap di NF, melanjutkan belajar pada jam 1 pagi sampai jam 3 pagi.

Awalnya, gue, seperti biasa, tidak banyak bicara. Lebih senang duduk di belakang dan tidak bergabung dengan teman-teman serombongan. Ditambah lagi, orang-orang yang ada di Mabit Nurul Fikri adalah orang-orang LUAR BIASA yang cerdas, aktif, dan kritis. Tujuan kami disini sama, ingin mendapatkan PTN dengan jurusan idaman. Belajar di Mabit HARUS saling mengajarkan satu sama lain demi mewujudkan cita-cita kami bersama.

Di Mabit tentunya juga terjadi "seleksi alam". Seleksi alam ini terjadi pada mereka yang tidak bertahan hingga proses akhir Mabit karena Mabit memang lebih berat dari Bimbingan Belajar lain. Tugas-tugas yang diberikan lebih banyak dibanding tugas sekolah, dan kekuatan mental kita juga teruji berat disini karena ujian yang Mabit lakukan di setiap akhir departemen lebih berat daripada ujian Sekolah ataupun UN. Ujian di Mabit memaksa kita untuk mengerti pelajaran karena kita harus menjelaskannya langsung di depan pengajar Mabit dan teman-teman kita. Tapi bukan berarti Mabit itu eksklusif atau hanya untuk orang-orang cerdas saja. Justru tidak.

Banyak teman-teman di awal-awal rombongan yang akhirnya keluar dari Mabit dengan berbagai alasan: tidak diizinkan orang tua, ingin belajar sendiri, dll. Gue bisa bertahan sampai akhir pun bukan karena gue pintar, cerdas, atau hebat. Gue merasa nyaman. Segala remedial yang selalu gue jalani di setiap ujian, gue jalani saja. Toh, gue tidak sendirian. Ada banyak sekali yang harus remedial di akhir ujian, dan hanya segelintir orang yang lulus. Dan segelintir orang itu bukanlah orang sombong. Justru mereka adalah orang-orang luar biasa yang bersedia mengajarkan kami semua jika kami tidak bisa. Pertemanan yang membuat kita menjadi lebih baik ❤

Di Mabit juga terdapat sistem Kakak Asuh, yaitu para pengajar berfungsi seperti pembimbing khusus untuk kami. Dari sebuah rombongan itu, akan dibagi beberapa kelompok kecil, lalu diberikan Kakak Asuh yang berbeda dari departemen satu ke departemen lainnya. Kakak Asuh inilah yang akan mengajarkan kita lebih dalam lagi tentang pelajaran yang kita tidak mengerti.

Singkatnya, kami menjalani rutinitas Sabtu-Minggu belajar, Kakak Asuh, dan ujian di akhir bulan, kurang lebih selama 6 bulan hingga departemen terakhir. Kadang, kami jalan-jalan ke suatu tempat jika merasa jenuh belajar di NF. Setelah masa 6 bulan itu, kami para Mabiters akan melakukan berbagai kegiatan seru sekaligus belajar. Kegiatan-kegiatan itu memaksa kami untuk saling mengenal satu sama lain. Saling bekerja sama, membantu, dan bahkan, kami merasakan susah senang bersama di Mabit.

Dari rombongan sendiri, kita mulai mengenal rombongan lain. Kita dilibatkan dalam kegiatan yang memaksa kami untuk mengenal semua angkatan. Di tahun 2010, nama angkatan kami adalah Auxiliary (Adolescent Ukhuwah Extra Islamic Creative Youth) dengan motto: "Bangun, Berdiri, Berlari, Kejar Mimpi dengan Hati! Allahuakbar!" Kami selalu meneriakkan motto ini bersama-sama di setiap kesempatan, kejadian, dan hal yang kami lakukan. Salah satu bagian hidup yang akan gue ingat hingga tua 💚

Sedikit sejarah: Mabit didirikan oleh Dr. Dion Firly di tahun 2002. Dia dulunya sama seperti kita, siswa NF. Lalu, dia dan dua orang temannya belajar di Mushollah NF hingga akhir malam, lupa waktu karena keasyikan belajar. Dan dari situlah, ia akhirnya sering tinggal di NF bersama kawan-kawannya, yang makin lama makin banyak, belajar hingga pagi demi meraih PTN. Dan dari sanalah terbentuk Mabit Nurul Fikri. Dimulai dari tahun 2002 dan terus berjalan hingga sekarang, semakin berkembang dengan berbagai kegiatan di dalamnya dan dijalankan oleh generasi baru setiap tahun. Para alumni Mabit yang sebagian memutuskan untuk menjadi Pengajar di Mabit Nurul Fikri dan melanjutkan perjuangan  Kak Dion. Menciptakan kisah baru bagi generasi-generasi muda.

"Teman yang baik adalah teman yang akan mendukungmu menjadi lebih baik."

Day #24 Alam Jangan Marah

Bencana...
Akhir-akhir ini tak henti ia menghampiri
Mentawai dan Merapilah yg dia kunjungi

Bencana...
Apakah ini memang dikarenakan kau sudah semakin tua?
Ataukah benar ini adalah hukuman untuk kami semua?

Alam...
Kami buang sampah kami ke sungaimu
Kami tebang pohon-pohon nyawa hidupmu
Kami nodai langit-langit birumu

Hewan...
Dibanding kalian, kami terlihat tak berotak
Akal kami malah digunakan untuk merusak

Penyesalan...
Tangisan...
Meminta ampunan
Semua selalu datang belakangan

Tuhan...
Masihkah Kau akan mendengarkan doa-doa kami?
Sudikah Kau mengingatkan kelupaan kami?
Bersediakah Kau memaafkan kami?

Kami hanya sekumpulan debu sombong sok tahu
Pantaskah kami untuk meminta lagi?
Kami percaya bahwa Engkaulah Sang Maha Pemaaf
Dan kami hanya bisa berharap
Tak pernah ada kata terlambat untuk kami bagi-Mu

Day #23 Mengejar Waktu Jam 12 Malam Demi Cap "Anak Baik-Baik"

Malam Minggu, tanggal 6 November 2010 kemarin, bisa jadi adalah hari yang paling sial untuk gue. Sejak membuka mata sampai mau tidur, ada aja kejadian buruknya. Oke, postingan kali ini mengenai curahan hati yang kesal 💢

Akhirnya, setelah selesai mengajar seperti biasa di Mabit Nurul Fikri pada jam setengah 10 malam, gue memutuskan untuk ikut Karin dan Puteri (sepupu gue) menghabiskan voucher gratis di 7eleven Mampang. Lumayan kan, masa dapat rejeki nggak digunakan, hehe. Kita pun meluncur menuju 7eleven jaraknya nggak terlalu jauh dari Nurul Fikri Mampang.

3 remaja perempuan jam 10 malam masih ngelayap di luar rumah. Well, gue hanya berniat me-refresh otak setelah mengalami banyak kejadian nggak enak seharian itu. Lalu, seperti biasa, kita bertiga ini kalau udah di luar rumah, bersama pula, dipastikan lupa waktu. Apalagi gue juga sedang jenuh dengan suasana rumah. Jadi, menurut gue nggak masalah kalau kita menghabiskan waktu agak lebih lama di luar.

Jam 11 malam, orang-orang rumah mulai menelpon dan menanyakan "Kapan pulang?" "Lagi dimana?" "Sama siapa?" "Sedang berbuat apa?" oke, memang mirip lagu Kangen Band, tapi memang pertanyaan itulah yang dilontarkan Papa, Mama, dan Adik gue 😐

Lalu, berhubung malam itu gue memang sedang jenuh, bete tingkat dewa, jadi gue sensi banget. Can they please just give me a break? I need some refreshing too! Dan seperti layaknya anak muda jaman sekarang, gue hanya bisa protes di Twitter:

"Kenapa cowok boleh sampe pagi ngelayap di luar, sedangkan cewek nggak boleh. Padahal kita juga cuma duduk-duduk doang. Not fair!" 
 
Tweet gue dipenuhi kekesalan hingga menuntut keadilan. Duh, anak kecil. Dan tiba-tiba, seorang teman mengirim BBM ke gue, lalu... bilang begini "Biar gue yang jawab pertanyaan lo di Twitter." Dan... mulailah dia menceramahi gue panjang lebar. Tentang bagaimana kita harus bersyukur karena wanita dilindungi, atau bagaimana laki-laki lebih kuat dan bisa menjaga diri, dan bagaimana berharganya seorang wanita, dll.

Well, I really appreciate that... But, please! Gue bukan meminta diceramahi, disalahkan, atau dihakimi seperti itu. Tapi, tidakkah lo mengerti maksud gue? Gue cuma mau paling tidak sedikit bersantai malam itu. Dan, menurut gue, kita nggak berhak menghakimi seseorang itu buruk hanya karena faktor 'Pulang Malam'. Dan kenapa kita harus peduli dengan pendapat orang kalau itu nggak benar? Gue masih tetap memperhatikan batas yang berlaku kok. What's not fair is when you judge me as a bad girl just because I want to spend my boring day drinking slurpee and refresh myself until midnight. 

Gue hanya duduk, ngobrol, dan foto-foto aja. And you called me 'a bad girl'? Tapi terimakasih banyak karena sudah perduli 😏

FYI, karena gue masih sadar waktu dan peraturan, gue mengajak Karin dan Puteri pulang jam setengah 12 malam demi mengejar waktu jam 12. Kita naik motor bertiga, melewati jalan-jalan tikus, sambil berkali-kali bilang "Hey, kita harus sampai rumah sebelum jam 12 malam supaya kita nggak lepas dari cap 'anak baik-baik!'"
 
That was fun! Merasakan sensasi deg-degan mengejar waktu jam 12 malam seperti Cinderella, demi sebuah image di mata masyarakat. Dan yep, kita sampai rumah tepat jam 12 malam 😝

Monday, November 1, 2010

Day #22 Macam-Macam Jurnalis


Semalam gue baca di sebuah majalah ibu-ibu, gue lupa judulnya apa (seriusan lupa, bukan bermaksud menyembunyikan nama demi menjaga nama baik atau tak ingin menyinggung, dll) ada sebuah artikel yang menarik perhatian gue. Artikel itu ditulis oleh H. Rosihan Anwar. Gue cukup sering mendengar namanya. Dia kayaknya penulis senior.

Nah, dia sedang bercerita tentang macam-macam jurnalis sejak zaman perjuangan dulu hingga sekarang. Gue nggak inget semua macamnya sih, tapi ada beberapa tipe yang gue ingat karena deskripsinya cukup lucu.

1. Jurnalistik Perdamaian - Jadi, saat zaman yang kacau dan masih banyak kerusuhan di sana-sini (sekitar masa Soekarno-Hatta naik menjadi Presiden dan Wakil Presiden), banyak para penulis yang menuliskan kata-kata indah dengan harapan bisa menyentuh hati orang-orang dan membawa perdamaian. Ada yang bilang bahwa sebuah kata-kata bisa berpengaruh luar biasa jika bisa menembus sasaran yang tepat. Dan akhirnya munculah para penulis muda yang berlomba-lomba mengajak orang-orang untuk mengangkat perdamaian dan menyebarkannya lewat surat kabar, majalah, dll. Sempat berhasil, tapi mungkin karena manusianya pada batu, perpecahan itu pun timbul lagi. Dan para Jurnalis Perdamaian itu pun menghilang entah kemana.

2. Jurnalis Investigasi - Mereka adalah orang-orang seperti detektif. Katanya, dulu orang-orang ini sering berhasil mengotak-atik informasi dari para pejabat yang korupsi layaknya detektif, dan tulisan mereka pun jadi seperti analisis detektif juga. Banyak orang-orang yang mulai mengandalkan mereka untuk bisa membongkar lebih banyak kasus semacam itu melalui Jurnalistik Investigasi. Tapi, makin kesini, mereka sama nasibnya dengan Jurnalistik Perdamaian. Pelan-pelan menghilang.

3. Jurnalistik Panik - Ini adalah tipe jurnalis yang paling kocak. Menurut Rosihan Anwar, jurnalis tipe ini adalah jurnalis yang sampai sekarang masih bertahan. Mereka adalah jurnalis yang menyebarkan berita-berita yang membuat orang-orang panik. Biasanya dengan tagline heboh dan besar yang isinya tidak mencakup keseluruhan berita, melainkan setengahnya, dengan maksud membuat kita penasaran dan juga panik. Karena berita yang mereka tulis biasanya berita yang memang membuat panik. Kalau kata Rosihan Anwar, mereka membuat kita bepikir seolah Kiamat hanya tinggal 24 jam lagi. Dan merekalah yang masih bertahan sampai sekarang.

Nah, melihat tipe-tipe jurnalis di atas, gue jadi berpikir. Gue ingin jadi jurnalis yang seperti apa? Yah, gue memutuskan untuk tidak menjadi salah satu dari ketiga tipe di atas. Gue mau menulis untuk menghibur diri sendiri. Meski hanya sebuah tulisan sederhana pun tidak apa-apa. Bahkan, ada tokoh penulis besar yang menulis hal-hal kecil dalam hidupnya. Dia bilang, menulislah dengan sederhana. Untuk kepuasanmu sendiri. Just celebrate writing~

Day #21 Pesimistis - Bodoh

Gue tidak ingin bersikap, bersifat, ataupun berpikir pesimistis. Tapi kali ini, gue tidak bisa menahan diri untuk tidak berpikir pesimis. Gue, lagi-lagi, entah untuk yang keberapa kalinya, melakukan kesalahan yang sama.

Untuk apa gue ingatkan diri berkali-kali jika selalu begini jadinya? Lalu, yang lebih bodoh lagi, gue membandingkan diri dengan mereka. Dan menjadi semakin pesimis. Bodoh! Apa yang gue pikirkan? Membandingkan diri dengan mereka? Ingin menjadi hebat.

"Menjadi diri sendiri akan membuat kita lebih dihargai dan dicintai"
 
Tapi, kenapa tidak terjadi kepada gue? Apakah karena diri memang tidak cukup baik? Dan pertanyaan ini pun kembali muncul di benak gue: Layakkah gue disandingkan dengan orang-orang itu? Ataukah ini hanya persepsi gue sendiri yang menganggap diri ini layak. Menyedihkan... 

Day #20 Pemuja Rahasia


Haruskah ini terjadi berulang kali dalam hidup?
Lagi-lagi, hanya bisa berharap kosong
Hanya bisa memandang dan mengintai keindahan
Tak perlulah kamu tau
Aku tak ingin kamu tau
Mengagumi sifatmu
Menyayangi kurang dan lebihmu
Biarlah begini, diam-diam saja

Sunday, October 24, 2010

Day #19 Menjadi Diri Sendiri

Nah, hari ini  gue baru saja pulang dari NF (Nurul Fikri). I've told you that I'm a teacher, right? Well, not exactly a teacher... hehehehe, hanya sekedar pengajar yang ingin berkontribusi di organisasi yang telah memberikan gue keluarga kedua ❤

Jadi, hari ini gue baru saja menemani sahabat gue, Fadhlia Najmia, mengajar di rombonga A (Ada 4 rombongan di Mabit: A, B. C, D) dan tadi adalah salah satu malam mengajar yang cukup seru. Bukan gue yang ngajar sih, tapi Mia. Gue cuma datang untuk melihat wajah adik-adik yang insya Allah tahun depan, akan melanjutkan posisi kita sebagai pengajar, dan melanjutkan amanah kita untuk membantu adik-adik yang selanjutnya dalam belajar meraih Perguruan Tinggi Negeri yang diinginkan (Semoga mereka mendapatkannya, Ya Allah. AMIN)


Nah, tadi itu, berhubung kita para pengajar adalah manusia-manusia yang masih kurang pengalaman dan juga ilmu, kita sempat kebingungan saat menjelaskan materi. Ditambah lagi, para adik kelas kita di 2011 adalah manusia-manusia luar biasa yang aktif dalam menyampaikan pendapat.

Nah, terus apa hubungannya dengan "Menjadi Diri Sendiri"? Gue adalah orang yang paling susah bersikap formal, layaknya pengajar-pengajar keren lain. Jadi, tadi, dengan mereka, gue berbahasa layaknya dengan teman, bahkan menggunakan "gue-elo" sebagai komunikasi dan saat mereka meminta penjelasan mengenai pelajaran yang belum kita benar-benar mengerti, gue dan Mia sepakat untuk mengatakan secara jujur.

"Hey, maaf ya. Untuk jawaban nomor sekian, kita belum punya penjelasan yang pasti. Tapi insya Allah, kita akan segera mencari tau. Karena itu, kita minta maaf." 

Dan menawarkan mereka yang bisa menjelaskan dengan lebih baik untuk bicara. Yep, seperti di Dauroh Pengajar yang gue ikuti beberapa bulan lalu, sebelum resmi menjadi pengajar disini. Jika kita tidak tahu, maka jangan berpura-pura tahu atau sok tahu hanya demi menjaga wibawa diri. Jangan sampai ilmu yang kita ingin berikan kepada adik-adik kita justru menyesatkan mereka. Jujurlah bila kita belum tahu karena dengan begitu akan lebih mulia dibanding sok tahu tapi menyesatkan.

Selain itu, gue juga benar-benar menjadi diri sendiri di depan mereka. Yep, gue juga nggak menyangka gue bisa begitu. Hmm... mungkin karena gue berada di Mabit ya. Tempat yang sudah gue anggap rumah kedua. Dimana keluarga gue berada disana. Siapa sih, yang nggak menjadi diri sendiri di rumah sendiri?

Haha, so what's the point? Errr... Entahlah. Gue hanya ingin bercerita saja dan menulis untuk menjaga konsistensi gue di #30harimenulis ini. Ya udah, segitu aja deh. Semoga menghibur. Kalaupun tidak, ya udahlah, huehehehe...

Friday, October 22, 2010

Day #18 A Mother

I'm sitting in front of my computer tonight. My mom suddenly came into my room and kissed my cheek, and that's why I decided to write about her tonight ❤

My Mother. She's the most extravagant person I have known in my life. My mom is the mother who will go across the sea and even the ocean just for her children. She loves to talk and tell people she met the same story over and over and over and over again. Yeah, sometimes I have to run away when she needs someone to talk cause I know she would only tell me the old stories she's been repeating. I know I shouldn't do that and better sit and listen to her, but, well, I'm only human 😆

She usually calls my little brother, pulls him close to her, and then attacks him with many kisses and tickles. She would do the same thing to me, but I usually locked myself in my room so she couldn't reach me (oh my God, what kind of daughter I am 😂). She's very stubborn, and she passed that trait to her children. Yeah, my two brothers and I are such stubborn people too.

When angry, she will threaten us and say, "I'm not gonna do this and that to all of you anymore." But in fact, she never keeps her word. She will return to her personality when she's feeling better and then open her hands for us and offer us a lot of stuff to make us happy.

She will do everything to make the people she loves happy. And in return, she wants us always to be there whenever she needs it. I'm so ashamed that I can't spend much time with her anymore since I'm so busy right now.

But soon, when I finally have free time, I'll give all my time to her again. I promise ❤
 
She's pretty awesome mother of mine
Ya, seriously. She's awesome :)


Tuesday, October 19, 2010

#day 17 English, English, English

Hey, there... How are you? I wish you guys have a great life and stay healthy. So, just like the title, we're talking about English right now. I mean, about the language. 
 

In junior high school, I got a bad score in English because I always ran away when the class started with Ema (my best friend). Yea, no kidding. We ran away from class. We usually hid in the toilets and sat on the floor, playing the radio on our cellphone and talked until the class over. Haha, good times because I hated English. That's why I got a really bad score for English on the National Exam ><


 

Then, I entered high school and got to know Adillah. Then, she becomes my best friend until now. She asked me to go to her house and watch many movies. All those movies are in English.


The first movie that we watched was Bring It On! All or Nothing. The movie was fun. Then, I borrowed it from Adillah to watch it at home. And, typical me, if I love the movie, I'll watch it over and over and over and over again!


Anyway, because I watched the movie and repeated it like a 'million times', it makes me remember all the words and the dialogue, Yea, and then I think, "Wow, English is interesting." and that's why I started to learn more about it. It becomes my favorite lesson. I always feel excited to know more and more about English, even from the simplest thing like Tenses.


I also learned it by talking with foreign online friends to get used to speaking English. Fortunately, I enter UIN University and found a very.... very good English lecturer. Really, she is the best English teacher I've ever had. She teaches me everything, including the reason behind every word/tense/grammar. She makes me more excited about the lesson. I'm not saying I'm EXTREMELY good at English right now. But I understand it. And I want to learn more and more until I become just like my teacher (well, it may well be just a dream) =.=

 

I still need to improve my grammar and make many mistakes when I make a short sentence, but I'll try to improve it. I'm sure I can because I have fun learning English and love it. I also have to add more vocabulary to my brain. There are so many vocabularies that I have yet to learn, so sometimes I need to open my dictionary if I read an English paragraph. Oh, well, wish me luck.


PS: Sorry if I mess up my grammar. Going to fix it real soon and learn more. Please, do correct me so I can learn.

Monday, October 18, 2010

#Day 16 Learning by Doing


Jadi, gue baru saja mendapatkan pengalaman yang berharga dan menakutkan serta menyebalkan yang pernah gue alami. GUE MENGAJAR.

IYA LHO, GUE MENGAJAR!! SERIUSAN

Tapi jangan langsung berpikir yang aneh-aneh dulu seperti "Wah, hebat, pasti pinter deh, makanya bisa ngajar..." karena kenyataannya bukan seperti itu. Ini akibat rasa percaya diri dan sotoy yang berlebihan dulu, serta terpengaruh teman-teman gue yang hebat-hebat (gue lupa kalo gue tidak sehebat mereka) sehingga gue mendaftarkan diri untuk jadi pengajar penerus Linguistik di Mabit Nurul Fikri. Mengajar anak-anak kelas 3 SMA B. Indonesia untuk SNMPTN. Dan kemarin, pengalaman perdana gue pun dimulai. Mengajar anak-anak Mabit 2011. DAN KACAU!!

Yep, Bahasa Indonesia nggak semudah yang kita bayangkan. Dan gue sebenernya udah merasa cukup menguasai materi gue, tapi ternyata gue melakukan beberapa kesalahan di soal pre-post sehingga akhirnya banyak yang ngezonk. Untunglah saja anak-anak SMA yang gue ajarkan itu pintar-pintar ><
 
Jadi gue jujur aja setiap kali gue melakukan kesalahan, mereka harus mengoreksi kalau memang mereka bisa mengoreksi. Dan jadinya malah kayaknya gue yang diajarin .__.

Ya sudahlah, untungnya gue nggak terlalu memalukan juga. Minimal gue cukup jelas saat menjelaskan materinya. Hiks hiks, pengalaman ini akan gue jadikan pelajaran dan semoga bisa membuat gue lebih baik di penampilan mengajar selanjutnya. Doakan saja ><

#Day 15 Hampir Saja Gagal


Jadi, sudah lima hari gue nggak punya waktu untuk menulis untuk projek #30harimenulis by Maradilla dikarenakan kesibukan (alhamdulillah sibuk). Tapi akhirnya, sekarang gue membayar dengan menulis 4 atau 5 post langsung. Yah, cupu sih ya, tapi mau bagaimana lagi. Kali ini pun gue cuma mau numpang curhat aja. Pekerjaan gue bejibun (bukan pekerjaan sih, belum pantas gue dibilang pekerja), tapi yah ada tugas dan tanggung jawab yang harus gue lakukan dan gue sudah terlanjur berjanji untuk melaksanakan tanggung jawab itu. Dan sumpah.... Gue kacau. Jadwal gue berantakan. Gue bingung mau memprioritaskan yang mana!!
 
Yah, dan ini menyebabkan gue susah bahkan untuk meluangkan waktu sedikit saja untuk menulis. Selain itu, otak gue buntu tak ada inspirasi. Tapi semoga saja dengan membuat 5 post sekaligus ini bisa membayar hutang posting-posting yg kemarin. HIKS

PS: Jangan pernah jadi deadliner seperti gue. MENDERITA

Day #14 Terinspirasi dari Pak Sungaidi


Sesuatu yang amat sangat kita benci,
Belum tentu sesuatu yang akan menjerumuskan kita
Sesuatu yang amat kita cintai
Belum tentu takkan menghancurkan kita
Pandanglah segala hal tidak hanya dari satu sisi
Lihatlah lebih dalam, jangan hanya sekedar yang tersirat
Karena sesuatu yang luar biasa dan berharga
Tak bisa dilihat hanya dengan mata telanjang
Tapi juga dengan mata hati

Sunday, October 10, 2010

Day #13 A Wallflower


Look at her...
She is sitting right there
Far away from the crowd
And nobody cares
It's true. She's a wallflower
She has been getting used to being alone and to be lonely
Too shy to start the conversation
She doesn't know how to get along with others
She may never ask for attention
But it doesn't mean she doesn't need one
She needs it, even just a little bit
To give herself proof that her presence in this life is real
She might be okay with being invisible
But sometimes, she also needs at least one friend
A friend to cheer her up when she's sad
She keeps asking herself: "Am I worthy enough?"
"Why am I the only one who doesn't have a friend here?"

Thursday, October 7, 2010

Day #12 Judge A Book by Its Cover


Judge a book by its cover?

Menurutku, menilai sesuatu hanya dari luarnya, seperti cara kita menilai buku dari sampulnya, bukanlah hal yang baik. Karena pada kenyataannya, kita belum tahu apa yang sebenarnya ada di dalam diri seseorang ini, bukan? Sebenarnya, dulu aku juga menilai sesuatu dari penampilan luarnya kok. Hanya mendengar cerita dari orang lain tentang keburukan seseorang, aku langsung ikut terpengaruh menghakimi seseorang itu buruk. Tapi, seiring dengan aku bertemu banyak orang-orang baru, aku jadi tahu kalau manusia itu sebenarnya penuh dengan bermacam karakter dan tidak semudah itu seharusnya menghakimi orang lain.

Belum tentu orang yang penampilannya rapi dan tertutup, pendiam, ramah, santun kata-katanya, adalah orang baik. Belum tentu juga orang yang penampilannya semrawutan, adalah orang yang nggak punya etika. Aku kenal seseorang yang kalau kita melihat penampilannya, maka kita pasti akan langsung berpikir negatif tentang orang ini. Dan aku pun sempat berpikir begitu tentang dia. Tapi, lalu aku jadi kenal dia lebih dekat dan memahami sifatnya. Dan ternyata, dia malah membuatku kagum dengan banyak kebaikan dalam dirinya ❤

Sesungguhnya, setiap hal pasti memiliki sisi positif dan negatif. Semoga kita tidak membiarkan diri menghakimi sesuatu terlalu cepat ya.

Wednesday, October 6, 2010

Day #11 Akhir dan Perpisahan

Setiap orang pasti memiliki sesuatu yg berharga dalam hidupnya. Keluarga, sahabat, pacar, bahkan hewan peliharaan. Aku selalu diajarkan bahwa tak ada yang abadi di dunia ini. Setiap awal, pasti memiliki akhir. Setiap pertemuan, pasti memiliki perpisahan. Dan sejujurnya, setiap kali berpikir begitu, aku merasa takut. Takut akan sebuah akhir yang aku tahu pasti akan datang entah kapan. Takut pada perpisahan yang selalu mengikuti sebuah pertemuan. Khususnya, jika hal itu terjadi kepada sesuatu yang benar-benar berharga bagi kita.

Saat ini, yang berharga bagiku adalah keluarga dan sahabat-sahabat. Aku telah mengalami banyak pertemuan dan perpisahan. Seperti kelulusan sekolah, dimana kita harus berpisah jalan dengan teman-teman yang telah menghabiskan masa beberapa tahun bersama kita. Saat kelulusan SMP, aku harus berpisah jalan dengan sahabat-sahabat: Kiki, Ema, Kartika, Dianti, dan Revina. Sedih. Tentuh saja. Amat sangat. Tapi, kita masih tetap bisa saling mengunjungi satu sama lain. Perpisahan SMP itu, masih tidak begitu menyakitkan.

Saat perpisahan SMA, aku merasa jauh lebih sedih lagi karena hubungan dengan teman-teman di SMA sudah terlalu dekat dan nyaman. Khususnya, karena aku dan sahabat-sahabat sudah lebih mengerti keadaan dan perasaan. Dan bahkan salah satu dari kita harus pergi jauh ke luar kota demi menuntut ilmu di PTN yang dia dapat. Dan rasa sedih itu menjadi lebih dalam karena kita tak lagi di satu kota yang sama. Hal yang mungkin bagi orang lain adalah biasa, tapi tidak bagiku. Tapi tidak apalah. Kita masih bisa berhubungan dan bertemu meski hanya beberapa kali setahun.

Perpisahan lainnya adalah dengan kawan-kawan di Mabit. Di tempat ini, hanya dalam waktu setahun, aku merasakan ikatan yang kuat dan merasa memiliki keluarga kedua. Karena mungkin disini kita memang sama-sama berjuang dari awal hingga akhir. Belajar banyak hal bersama. Karena itu sangat berat rasanya saat pengumuman SNMPTN dan mengetahui bahwa sebagian dari kita akan berpencar ke belahan bumi Indonesia yang lain demi PTN yang telah mereka dapat. Tapi, aku masih bisa mengatasi rasa sedihnya karena pasti suatu saat akan bertemu lagi.

Lalu, akhir-akhir ini aku berpikir, sampai kapan semua hubungan ini akan berjalan? Apakah aku akan selamanya menyayangi mereka? Apakah mereka akan selamanya menganggapku sebagai bagian dari hidup mereka? Hidup mereka tidak hanya berputar di diriku, begitupun aku. Pertemuan dengan orang-orang baru pasti terjadi. Lalu, apakah mungkin, sesuatu yang kuanggap berharga ini takkan berubah? 

Aku belum pernah mengalami kehilangan yang sesungguhnya. Semua orang yang berharga bagiku, masih hidup. Aku masih bisa melihat mereka meski tidak setiap waktu. Tapi selama mereka masih hidup, setidaknya, aku tahu bahwa pasti akan bertemu dengan mereka lagi. Tapi, aku mengenal beberapa orang yang telah kehilangan sahabatnya untuk selama-lamanya. Kehilangan keluarganya untuk selama-lamanya. Dan aku takut untuk seperti itu. Sejujurnya, setiap kali aku merasakan kebahagiaan sebuah kebersamaan, saat itu rasa takut juga mengiringi. Rasa takut dan bertanya-tanya... Bagaimana jika ini berakhir? Bagaimana jika satu persatu mereka hilang? Hidup tak akan sama. Dan aku takut dengan kehilangan. Sangat takut.

Mungkin aku berpikir telalu jauh. Mungkin aku terlalu naif. Mungkin aku lemah. Mungkin aku menyedihkan. Kita semua tahu, bahwa suatu saat semua akan kembali lagi kepada-Nya. Tapi, aku tetap takut. Kalau bisa, aku ingin menghentikan waktu di saat bersama dengan orang-orang yang berharga, dan memastikan bahwa mereka akan terus ada. Selamanya. Tanpa ada akhir. Tanpa ada perpisahan.

Tuesday, October 5, 2010

Day #10 GURU

Salah satu karakter Guru. Bu Muslimah di Laskar Pelangi

Menurutku, menjadi seorang guru adalah sesuatu yang luar biasa. Luar biasa. Bagaimana tidak? Guru adalah seseorang yang mengajarkan kita ilmu. Dan jika ilmu yang mereka ajarkan dapat kita gunakan dengan baik, meski sekecil apapun ilmu itu, maka pahala seorang guru itu akan mengalir terus tanpa henti hanya karena satu ilmu yg diajarkannya.

Sayangnya, di masa ini, tak semua orang bisa menghargai guru. Bahkan, sebagian besar lebih sering menghina dan meremehkan guru. Menganggap mereka tidak penting. Bersikap sombong dan merasa bahwa ilmu yang mereka ajarkan tidak berguna. Merasa kesal karena tugas yang terlalu banyak, dan tak ingin dinasihati. Ckckck... dasar anak muda jaman sekarang *melirik diri sendiri*

Menjadi guru adalah sesuatu yang luar biasa. Tapi sayangnya, tak semua orang bisa menjadi guru yang sebenarnya. Banyak pemberitaan tentang guru yang melecehkan muridnya, guru yang berbuat kasar pada anak didiknya, guru yang korupsi uang sekolah, dan berbagai berita sejenis lainnya. Maka anak-anak yang jadi mudah terpengaruh dan berpikir bahwa guru itu bukan hal yang baik.

Tapi, bukan berarti kita menganggap bahwa semua guru seperti itu. Hanya karena seorang Guru membentak kita, lalu kita marah dan menganggapnya jahat. Padahal, mungkin saja semua itu adalah kesalahan kita yang tak kita sadari atau terlalu gengsi untuk mengakui. Coba kita lihat ke diri sendiri. Mungkin ada kesalahan kita yang membuat guru itu marah. Bagaimanapun, guru itu manusia biasa dan punya batas kesabaran. 

Bu Muslimah mendapat penghargaan dari Presiden Indonesia

Lalu, bagaimana sebenarnya Guru yg sebenarnya itu?

Haha, nggak mau sok tau juga karena belum pernah menjadi guru dan ilmu juga belum cukup mengenai itu. Tapi melihat dari beberapa guru yang pernah mengajariku, guru yang baik, menurutku adalah mereka yang bisa mengajarkan menyayangi murid-muridnya dengan tulus, bukan hanya karena tuntutan pekerjaan. Guru yang baik adalah mereka yang tidak membeda-bedakan murid. Guru yang baik adalah mereka yang mau membagi ilmu mereka sekecil apapun dengan ikhlas. Guru yang baik, adalah mereka yang bisa selalu mempercayai kemampuan murid-muridnya. Guru yang baik, adalah mereka yang bisa membangkitkan semangat dan kepercayaan diri kepada anak-anak didiknya. Dan terakhir, Guru yang baik adalah mereka yang tak hanya mengajarkan teori, melainkan juga mengenai nilai-nilai kehidupan. 

Nah, selamat Hari Guru 💜

Sunday, October 3, 2010

Day #9 KEGAGALAN


Kesalahan. Kegagalan. Mereka pasti akan terus mengikuti dalam hidup. Tak mungkin tidak. Karena dunia berputar. Ada saat kita di bawah, dan ada saat kita berada di atas. Semua orang tahu itu. Berbagai macam kegagalan kita alami. Kegagalan cinta. Kegagalan dalam pelajaran. Kegagalan dalam rumah tangga. Kegagalan dalam mengejar cita-cita, dan sebagainya. 
  
Aku mengenal banyak sekali orang-orang yang pernah gagal. Itu adalah hal yang biasa. Yang luar biasa adalah, orang yang pernah gagal, tapi ia berhasil bangkit dari keterpurukan.

Bukan hal aneh kalau setelah mengalami sebuah kegagalan yang luar biasa, orang menjadi marah, kecewa, dan hampir saja menyerah. Tapi, apakah dengan begitu dapat mengubah kegagalan kita? Meratapi kegagalan secara berkepanjangan tanpa melakukan sesuatu tentang itu tak akan mengubah apapun.
 
Aku mengenal banyak orang yang pernah gagal. Sebagian besar orang-orang itu aku kenal di Mabit Nurul Fikri. Orang-orang yang punya impian sama, yakni mengejar PTN Favorit, lalu belajar bersama kawan-kawan yang sudah seperti saudara, dan lalu di akhir perjuangan, mereka gagal. Terlebih lagi, mereka gagal di tengah kawan-kawan mereka yang berhasil. Hal itu menyakitkan, pasti. Amat sangat menyakitkan.

Sebagian dari kawan-kawan itu sempat menghilang untuk beberapa saat. Tentu saja kita mengerti. Mereka butuh waktu untuk mengatasi kekecewaan. Mereka mungkin seperti orang-orang lainnya. Mengeluh pada Tuhan. Bertanya-tanya apa yang salah. Dan merasa tidak adil. Tapi... mereka tidak begitu untuk waktu yang lama. Mereka bangkit. Dan memutuskan untuk mencoba lagi. Berdamai dengan kegagalan dan menjadikannya sebagai pelajaran yang berharga. Lalu tanpa lelah mereka mencoba untuk mengejar lagi cita-cita itu hingga akhirnya, kawan-kawan itu sekarang meraih apa yang telah mereka impi-impikan dulu.

Aku tidak sehebat mereka. Aku hanya anak dengan pengalaman hidup minim yang terus mendengar cerita dari orang-orang di sekitar, lalu berharap bisa juga belajar darinya. Aku bahkan tidak tahu, apakah akan bisa seperti mereka jika mengalami hal yang sama. Tapi yang pasti, aku amat sangat mengagumi mereka yang pernah gagal tapi tak pernah menyerah untuk mencobanya lagi.

"Ever tried. Ever failed. No matter. Try again. Fail again. Fail better." 
- Samuel Beckett

Friday, October 1, 2010

Day #8 DEADLINE!



Gue selalu tahu bahwa dikejar deadline itu nggak enak. Kita akan panik karena kerjaan yang sebelumnya kita tunda-tunda karena merasa *masih ada waktu panjang* tau-tau akan menumpuk begitu kita sadar waktu kita hanya tinggal hitungan menit. Gue tau bahwa jika kita mengerjakan semua pekerjaan kita sedikit demi sedikit tapi rutin, maka kita akan tenang di akhir. Tapi meski sudah tahu semua itu, entah kenapa, tetap saja otak ini nggak mau mengubah cara kerjanya. Selalu saja gue mengerjakan hal-hal yang sebenarnya sudah lama harus gue mulai kerjakan, justru di masa-masa penghabisan. Akhirnya panik sendiri karena waktu terus mengejar. Tapi untungnya, sejauh ini, gue selalu bisa menyelesaikan pekerjaan dengan cukup baik, meski selalu dikejar deadline. Tapi tetap saja, ini bukan hal yang baik untuk ditiru. Jadi jangan ditiru. Karena gue sendiri sudah berusaha lepas dari sifat ini. Tapi entah kenapa, susah sekali. Karena faktanya, penyakit deadline ini adalah penyakit turunan dari Papa dan Mama yang juga seorang deadliners sejati. Sulit bagi gue untuk tidak mewarisi sifat itu 😈

Wednesday, September 29, 2010

Day #7 The Gratitude Feeling


Masa kecil, adalah masa-masa yang paling menyenangkan. Semua hal terasa begitu menarik. Rasa ingin tahu membuncah setiap melihat hal-hal baru. Aku ingat. Dulu, hanya sebuah tawaran untuk dibelikan es krim dari Mama saja sudah membuat diri ini lompat-lompat bahagia. Seolah es krim itu adalah sesuatu yang sangat langka. Atau mungkin karena memang dulu jarang membeli es krim sehingga itu menjadi sesuatu yang menarik bagi.

Delman yang mondar mandir di depan rumah setiap sore itu selalu membuat aku kagum. Apalagi kalau sudah diizinkan naik Delman itu keliling kampung, aku akan senang bukan kepalang.

Setiap sore aku bersemangat menunggu tukang jamu langganan. Rasanya kalau sehari saja nggak minum jamu, ada yang kurang lengkap.

Aku begitu penasaran dengan apa yang ada di dalam tong air di atap genteng rumah. Lalu dengan penasaran, aku panjat tangga rumah hanya untuk mengintip sedikit isinya. Dan jika berhasil tau, aku akan teriak-teriak, senang bukan kepalang.

Aku selalu memanjat tiang kotak pos di depan rumah hanya untuk melihat apakah ada surat yang datang. Padahal setiap hari kotak itu kosong, tapi rasa penasaran itu tetap saja ada dan entah kenapa, selalu ada kepuasan setelah berhasil mengintip ke dalam kotak pos itu.

Aku ingat. Betapa sebuah Roller Coaster yang ada di Dufan begitu membuat kagum. Aku bahkan pernah berdiri untuk waktu yang cukup lama sampai nggak sadar kalau semua rombongan TK sudah berjalan entah kemana meninggalkan aku yang waktu itu masih 5 tahun, hanya karena keasyikan menikmati gerakan Roller Coaster itu, sekaligus menahan-nahan rasa penasaran yang ingin merasakan bagaimana rasanya naik wahana itu.

Aku menjelajahi kebun-kebun dan hutan-hutan kecil di Depok bersama sepupu hanya untuk merasakan sensasi berpetualang seperti di Petualangan Sherina. Lalu kami tersasar, tapi tak merasa takut sedikitpun, dan justru bersemangat untuk mengetahui tempat-tempat baru (dan untungnya berhasil pulang).

Ada banyak hal yang membuatku sangat terkagum-kagum saat masih kecil. Hampir semua hal membuat penasaran. Dan aku nggak pernah ragu atau malas untuk mencari tahu tentang hal itu. Sangat berbeda dengan sekarang. Semua hal entah kenapa terasa biasa. Tak ada lagi rasa berdebu-debu karena sesuatu. Mungkin karena sudah tumbuh lebih dewasa dan mengerti kehidupan. Tapi, hal itu agak menyebalkan juga ya. Rasanya seperti hidup tanpa emosi. Kemana semua rasa penasaran itu? Rasa ingin tahu itu? Kebahagiaan karena hal-hal sederhana itu? Menguap. Entah kemana. 

Mungkin karena kita sebagai manusia, atau aku sebagai manusia, akhir-akhir ini kurang merasa bersyukur. Dan ini gawat karena manusia tanpa rasa bersyukur, tak akan pernah puas. Dan sekarang, pelan-pelan, aku mulai belajar untuk lebih menikmati hal-hal kecil yang aku terima. Pelan-pelan, rasa penasaran itu kembali. Dan aku mulai lebih merasakan emosi dan kesenangan dalam hidup. Seperti kata seorang teman,

"You will always be happy in your entire life as long as you keep the sense of gratitude in your heart." - Asriana S. Septari

Dengan selalu merasa bersyukur akan hal-hal kecil aja, kita akan selalu merasa senang karena sesungguhnya, hal sekecil apapun di dunia ini, adalah anugerah dari Yang Maha Kuasa. Dan sesungguhnya, kita tahu bahwa Dia tak pernah memberi kita hal kecil karena dibalik hal yang terlihat kecil itu pasti ada sesuatu yang sangat berharga, jika kita selalu bersyukur.