Beberapa dari teman-teman menanyakan, apa itu Mabit Nurul Fikri? Secara gue cukup sering membicarakan organisasi ini di berbagai tulisan, baiklah, sekarang akan gue ceritakan yang gue tahu. Jadi, postingan kali ini akan cukup panjang. Enjoy...
Kelas 3 SMA, gue mengikuti bimbingan belajar Nurul Fikri yang bertempat di Mampang. Untuk mendapatkan Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di Indonesia bukanlah hal yang mudah. Apalagi mengingat kemampuan otak gue yang... standar 😒 ... Jelas sekali kalau gue perlu ekstra usaha.
Nah, Nurul Fikri sama dengan Bimbingan Belajar lainnya, tapi yang membedakan adalah keberadaan Mabit di dalamnya. Mabit, singkatan dari Malam Belajar Iman dan Takwa. Gue tahu organisasi ini dari Mas Inu yang dulu masuk Mabit di angkatan 2008. Dia adalah salah satu alumni Mabit Nurul Fikri. Lalu, dia menyarankan gue untuk bergabung juga. Dan ternyata, banyak juga anak NF yang tertarik mengikuti Mabit. Anak-anak yang ikut Mabit bukan hanya berasal dari NF Mampang aja. Ada sebagian dari mereka yang jauh-jauh dari NF Cibubur, Pasar Minggu, Akses Depok, dan lainnya, ikut bergabung di Mabit Nurul Fikri.
Di Mabit terdapat 4 rombongan. A (Aroma), B (Rombeng), C (Ronceng), dan D (Rondeng). Gue masuk kelas Aroma, kelas khusus untuk anak-anak yang akan mengambil jurusan IPS di Universitas nanti. Sedangkan kelas-kelas lainnya adalah kelas untuk yang akan mengambil jurusan IPA. Di Mabit, terdapat 9 Departemen: Linguistik, Matematika, Kimia, Fisika, Hayati, Ekonomi, Geografi, Sejarah, IT. Di angkatan gue, Aroma dan Rombeng mendapat Departemen Linguistik untuk bulan pertama, sedangkan Ronceng dan Rondeng Departemen Matematika.
Sejak awal departemen, kelas Aroma selalu ditemani oleh dua senior sekaligus pengajar dari angkatan 2008 di hampir setiap pelajaran. Mereka adalah Kak Usman Ben Kumoring dan Kak Hendry Ma'ruf. Singkatnya, kami menjalani Mabit setiap hari Sabtu-Minggu. Untuk hari Sabtu, Ikhwan (cowok) dan Akhwat (cewek) digabung. Kami belajar hingga jam setengah 10 malam, lalu Akhwatnya boleh pulang dan melanjutkan pelajaran di hari Minggu pada jam yang sama. Sedangkan bagi Ikhwan akan menginap di NF, melanjutkan belajar pada jam 1 pagi sampai jam 3 pagi.
Awalnya, gue, seperti biasa, tidak banyak bicara. Lebih senang duduk di belakang dan tidak bergabung dengan teman-teman serombongan. Ditambah lagi, orang-orang yang ada di Mabit Nurul Fikri adalah orang-orang LUAR BIASA yang cerdas, aktif, dan kritis. Tujuan kami disini sama, ingin mendapatkan PTN dengan jurusan idaman. Belajar di Mabit HARUS saling mengajarkan satu sama lain demi mewujudkan cita-cita kami bersama.
Di Mabit tentunya juga terjadi "seleksi alam". Seleksi alam ini terjadi pada mereka yang tidak bertahan hingga proses akhir Mabit karena Mabit memang lebih berat dari Bimbingan Belajar lain. Tugas-tugas yang diberikan lebih banyak dibanding tugas sekolah, dan kekuatan mental kita juga teruji berat disini karena ujian yang Mabit lakukan di setiap akhir departemen lebih berat daripada ujian Sekolah ataupun UN. Ujian di Mabit memaksa kita untuk mengerti pelajaran karena kita harus menjelaskannya langsung di depan pengajar Mabit dan teman-teman kita. Tapi bukan berarti Mabit itu eksklusif atau hanya untuk orang-orang cerdas saja. Justru tidak.
Banyak teman-teman di awal-awal rombongan yang akhirnya keluar dari Mabit dengan berbagai alasan: tidak diizinkan orang tua, ingin belajar sendiri, dll. Gue bisa bertahan sampai akhir pun bukan karena gue pintar, cerdas, atau hebat. Gue merasa nyaman. Segala remedial yang selalu gue jalani di setiap ujian, gue jalani saja. Toh, gue tidak sendirian. Ada banyak sekali yang harus remedial di akhir ujian, dan hanya segelintir orang yang lulus. Dan segelintir orang itu bukanlah orang sombong. Justru mereka adalah orang-orang luar biasa yang bersedia mengajarkan kami semua jika kami tidak bisa. Pertemanan yang membuat kita menjadi lebih baik ❤
Di Mabit juga terdapat sistem Kakak Asuh, yaitu para pengajar berfungsi seperti pembimbing khusus untuk kami. Dari sebuah rombongan itu, akan dibagi beberapa kelompok kecil, lalu diberikan Kakak Asuh yang berbeda dari departemen satu ke departemen lainnya. Kakak Asuh inilah yang akan mengajarkan kita lebih dalam lagi tentang pelajaran yang kita tidak mengerti.
Singkatnya, kami menjalani rutinitas Sabtu-Minggu belajar, Kakak Asuh, dan ujian di akhir bulan, kurang lebih selama 6 bulan hingga departemen terakhir. Kadang, kami jalan-jalan ke suatu tempat jika merasa jenuh belajar di NF. Setelah masa 6 bulan itu, kami para Mabiters akan melakukan berbagai kegiatan seru sekaligus belajar. Kegiatan-kegiatan itu memaksa kami untuk saling mengenal satu sama lain. Saling bekerja sama, membantu, dan bahkan, kami merasakan susah senang bersama di Mabit.
Dari rombongan sendiri, kita mulai mengenal rombongan lain. Kita dilibatkan dalam kegiatan yang memaksa kami untuk mengenal semua angkatan. Di tahun 2010, nama angkatan kami adalah Auxiliary (Adolescent Ukhuwah Extra Islamic Creative Youth) dengan motto: "Bangun, Berdiri, Berlari, Kejar Mimpi dengan Hati! Allahuakbar!" Kami selalu meneriakkan motto ini bersama-sama di setiap kesempatan, kejadian, dan hal yang kami lakukan. Salah satu bagian hidup yang akan gue ingat hingga tua 💚
Sedikit sejarah: Mabit didirikan oleh Dr. Dion Firly di tahun 2002. Dia dulunya sama seperti kita, siswa NF. Lalu, dia dan dua orang temannya belajar di Mushollah NF hingga akhir malam, lupa waktu karena keasyikan belajar. Dan dari situlah, ia akhirnya sering tinggal di NF bersama kawan-kawannya, yang makin lama makin banyak, belajar hingga pagi demi meraih PTN. Dan dari sanalah terbentuk Mabit Nurul Fikri. Dimulai dari tahun 2002 dan terus berjalan hingga sekarang, semakin berkembang dengan berbagai kegiatan di dalamnya dan dijalankan oleh generasi baru setiap tahun. Para alumni Mabit yang sebagian memutuskan untuk menjadi Pengajar di Mabit Nurul Fikri dan melanjutkan perjuangan Kak Dion. Menciptakan kisah baru bagi generasi-generasi muda.
"Teman yang baik adalah teman yang akan mendukungmu menjadi lebih baik."
0 komentar:
Post a Comment