Malam Minggu, tanggal 6 November 2010 kemarin, bisa jadi adalah hari yang paling sial untuk gue. Sejak membuka mata sampai mau tidur, ada aja kejadian buruknya. Oke, postingan kali ini mengenai curahan hati yang kesal 💢
Akhirnya, setelah selesai mengajar seperti biasa di Mabit Nurul Fikri pada jam setengah 10 malam, gue memutuskan untuk ikut Karin dan Puteri (sepupu gue) menghabiskan voucher gratis di 7eleven Mampang. Lumayan kan, masa dapat rejeki nggak digunakan, hehe. Kita pun meluncur menuju 7eleven jaraknya nggak terlalu jauh dari Nurul Fikri Mampang.
3 remaja perempuan jam 10 malam masih ngelayap di luar rumah. Well, gue hanya berniat me-refresh otak setelah mengalami banyak kejadian nggak enak seharian itu. Lalu, seperti biasa, kita bertiga ini kalau udah di luar rumah, bersama pula, dipastikan lupa waktu. Apalagi gue juga sedang jenuh dengan suasana rumah. Jadi, menurut gue nggak masalah kalau kita menghabiskan waktu agak lebih lama di luar.
Jam 11 malam, orang-orang rumah mulai menelpon dan menanyakan "Kapan pulang?" "Lagi dimana?" "Sama siapa?" "Sedang berbuat apa?" oke, memang mirip lagu Kangen Band, tapi memang pertanyaan itulah yang dilontarkan Papa, Mama, dan Adik gue 😐
Lalu, berhubung malam itu gue memang sedang jenuh, bete tingkat dewa, jadi gue sensi banget. Can they please just give me a break? I need some refreshing too! Dan seperti layaknya anak muda jaman sekarang, gue hanya bisa protes di Twitter:
"Kenapa cowok boleh sampe pagi ngelayap di luar, sedangkan cewek nggak boleh. Padahal kita juga cuma duduk-duduk doang. Not fair!"
Tweet gue dipenuhi kekesalan hingga menuntut keadilan. Duh, anak kecil. Dan tiba-tiba, seorang teman mengirim BBM ke gue, lalu... bilang begini "Biar gue yang jawab pertanyaan lo di Twitter." Dan... mulailah dia menceramahi gue panjang lebar. Tentang bagaimana kita harus bersyukur karena wanita dilindungi, atau bagaimana laki-laki lebih kuat dan bisa menjaga diri, dan bagaimana berharganya seorang wanita, dll.
Well, I really appreciate that... But, please! Gue bukan meminta diceramahi, disalahkan, atau dihakimi seperti itu. Tapi, tidakkah lo mengerti maksud gue? Gue cuma mau paling tidak sedikit bersantai malam itu. Dan, menurut gue, kita nggak berhak menghakimi seseorang itu buruk hanya karena faktor 'Pulang Malam'. Dan kenapa kita harus peduli dengan pendapat orang kalau itu nggak benar? Gue masih tetap memperhatikan batas yang berlaku kok. What's not fair is when you judge me as a bad girl just because I want to spend my boring day drinking slurpee and refresh myself until midnight.
Gue hanya duduk, ngobrol, dan foto-foto aja. And you called me 'a bad girl'? Tapi terimakasih banyak karena sudah perduli 😏
FYI, karena gue masih sadar waktu dan peraturan, gue mengajak Karin dan Puteri pulang jam setengah 12 malam demi mengejar waktu jam 12. Kita naik motor bertiga, melewati jalan-jalan tikus, sambil berkali-kali bilang "Hey, kita harus sampai rumah sebelum jam 12 malam supaya kita nggak lepas dari cap 'anak baik-baik!'"
That was fun! Merasakan sensasi deg-degan mengejar waktu jam 12 malam seperti Cinderella, demi sebuah image di mata masyarakat. Dan yep, kita sampai rumah tepat jam 12 malam 😝
0 komentar:
Post a Comment