Hari ini akhirnya aku bisa menjalani sholat Shubuh berjamaah lagi dengan Papa setelah kurang lebih 10 hari kedatangan tamu bulanan. Aura yang masih sama. Sholat berjamaah yang indah. Bagian favoritku adalah ketika sharing seusai Shubuh hingga fajar terbit. Selalu berkesan. Selalu ada ilmu baru atau ilmu lama yang kembali diingatkan. Papa selalu mengambil pelajaran dari hal-hal yang sering tidak disadari orang lain, hal yang sebenarnya mudah disadari, tapi jarang yang menyadarinya. Kind of complicated in some ways, haha.
Orang yang membuatku tertarik untuk mempelajari agamaku lebih dalam juga Papa. Tanpa paksaan, hanya dengan sharing yang menyenangkan, ia membawaku pada ketertarikan itu. Memang setiap Muslim wajib mempelajari agamanya, tapi jaman sekarang peduli untuk sholat aja udah banyak yang menyepelekan. Apalagi aku sempat berada di masa Jahiliyah yang sulit. Papa tanpa diminta selalu memberitahu arti-arti bacaan sholat padaku, dan aku tergugah, dan akhirnya sekarang sholatku jadi lebih terasa indah. Insya Allah.
Di antara tiga bersaudara, memang aku yang paling dekat dengan Papa. Beliau menceritakan segalanya padaku, masa sulitnya ia ceritakan dengan gembira dan ia mengajakku untuk menertawakan kesedihan, bahwa semua cobaan ini datangnya dari Allah, dan kita tidak pantas untuk mengeluh. Kenapa? Karena semakin berat cobaan yang kita dapat, semakin tinggi derajat kita dinaikan. Bukan mengeluh, tapi kita harus banyak bersyukur atas semua itu. Papa telah mengajarkanku pandangan hidup yang berbeda dari orang lain. Mengobrol 2 jam dengannya membuka cakrawala yang sangat luas bagiku.
Bukannya membanggakan diri sendiri karena paling dekat dengan Papa, tapi kedua saudaraku memang tidak berusaha mendekati Papa. Ada yang menutup diri karena memang sifatnya yang aneh, dan ada yang terlalu sibuk bermain dengan dunianya, sehingga mereka tidak pernah benar-benar berbicara dengan Papa dari hati ke hati. Diantara kita bertiga, hanya aku yang tahu kisah Papa sebagai anak yatim yang keinginannya pernah dikabulkan oleh Allah hanya dalam 3 hari setelah Beliau memintanya, tanpa sadar. Hanya aku yang tahu kisah-kisah heroik Papa yang tidak bisa menahan diri kalau melihat ada yang mendzalimi orang lain di depannya. Papa tidak pernah bercerita hal itu pada kedua saudaraku, hanya aku yang tahu.
Pagi ini aku ingin menangis. Ada kerinduan yang tersirat dari Papa terhadap kedua anaknya yang lain saat mengobrol denganku, namun Beliau tidak mengeluh. Papaku begitu bijak menanggapi kesibukan kedua anaknya yang lain.
"Yang penting kalau mereka membutuhkan sesuatu, Papa akan selalu siap untuk membantu dan membimbing. Papa tidak perlu mengumbar kan kalau Papa mendoakan mereka..."
Aku menyayangkan sekali, betapa kedua saudaraku telah melewatkan masa-masa yang berharga karena mengobrol dengan Papa benar-benar membawa ilmu yang bermanfaat dan bahkan hidayah untuk gadis brutal sepertiku. Kata Papa, yang penting doanya sudah terkabul. Doa yang dipanjatkannya jauh sebelum kita bertiga lahir: "Ya Allah, berikanlah kami anak dari isteri-isteri kami yang bisa menjadi pemimpin, bisa melanjutkan dakwah agamamu, dan selalu menyenangkan hati kami..."
"Meski jarang mengobrol, tapi Mas Inu sudah bisa berkembang dengan ilmu yang baik, walaupun ia mencarinya dengan mandiri. Lalu, Ade yang selalu ada untuk diajak sharing dan bisa menerima hal-hal baru dengan terbuka, dan De Nanda. Meski De Nanda agak brutal dan pemalas, minimal dia selalu mau sholat 5 waktu. Tidak apa-apa kalau sekarang memang sudah punya kesibukan masing-masing, yang penting doa Papa telah dikabulkan Allah, yaitu memiliki anak-anak yang semuanya menyenangkan hati.."
Nama kami bertiga juga Papa yang memberikan. Dan sungguh aku harus merasa bangga karena nama-nama itu memiliki arti yang indah dan enak didengar
1. Abdurrachman Wisnu Mahardi
2. Denisa Prameswari Rosandria
3. Muhammad Rezananda Trimulya
:')
0 komentar:
Post a Comment