Kemarin, tanggal 27 April 2011, ODC Mabit akhirnya dilaksanakan. ODC (One Day Care) adalah kegiatan di Mabit yang dilaksanakan sebelum memulai intensif, dimana semua mabiters ditaruh di beberapa ruangan dalam beberapa kelompok dimulai dari sore hingga tengah malah hari untuk belajar. Departemen Linguistik mendapat sesi jam setengah tujuh malam hingga jam sepuluh malam. Gue merasa amat sangat malas, awalnya. Kenapa? Gue nggak ada ide sedikitpun mengenai apa-apa yang akan dilakukan selama mengisi sesi itu. Ditambah penyakit gatal-gatal alergi karena dingin dan kecapekan sedang menyerang, Gue semakin malas untuk berangkat ke Nurul Fikri sore itu. Rasanya tiduran di rumah akan lebih menyenangkan daripada harus mengisi sesi di ODC.
Gue berniat memakai alasan gatal-gatal ini untuk tidak datang. Tapi... yah, seperti biasa, Gue tidak bisa. Mengingat lagi bahwa pengajar Linguistik hanya sedikit dan hampir semuanya sibuk, sebagai Kadep, akhirnya memutuskan untuk berangkat juga ke NF, tentu saja gue terus garuk-garuk badan karena penyakit yang semakin parah. Di Nurul Fikri, kak Ardi, Annisa, dan Mia, pengajar Linguistik yang lain, ternyata datang. Gue merasa lega meski kita tidak tahu apa yang akan kita lakukan selama mengisi kelas nanti. Tapi, gue pikir, "kita lakukan secara spontan saja, deh."
Masih dalam keadaan bergatal-gatal, gue bersama tiga pengajar Linguistik lain mengisi sesi di kelas Day dan One. Kita memutuskan untuk membahas soal di buku NF. Melihat mereka, rasa malas gue sirna. Gue malah jadi bersenang-senang. Mengobrol, bercanda, dan sesekali membantu mereka menjawab pertanyaan di buku soal. Menyenangkan. Gue jadi tidak menyesal karena sudah datang. Memang selalu seperti ini. Berada di Mabit entah bagaimana selalu membawakan perasaan tenang, nyaman, dan senang untuk gue. Berinteraksi dengan para Mabiters itu membuat gue mengingat kembali bahwa gue ingin menjadi guru. Semua keluh kesah dan rasa malas hilang begitu saja hanya karena menghabiskan waktu dengan mereka.
Mungkin karena ini adalah passion. Mengajar dan menjadi guru adalah cita-cita. Dan meski sekarang gue masih jauh dari level seorang pengajar ataupun guru yang baik, berinteraksi dengan mereka membangkitkan kembali semangat gue. Gue jadi menangkap pelajaran dari rasa malas kemarin: Sebelum berkeluh kesah, sebaiknya kita mencoba untuk melakukan dulu karena bisa jadi hal yang kita khawatirkan tidak seburuk yang kelihatannya. Lebih dari itu, kita bisa membuat sesuatu yang buruk itu menjadi baik, tergantung bagaimana kita melihatnya. Selama kita mengerjakannya dengan lapang dada, kita pasti merasa tak terbebani~
Gue berniat memakai alasan gatal-gatal ini untuk tidak datang. Tapi... yah, seperti biasa, Gue tidak bisa. Mengingat lagi bahwa pengajar Linguistik hanya sedikit dan hampir semuanya sibuk, sebagai Kadep, akhirnya memutuskan untuk berangkat juga ke NF, tentu saja gue terus garuk-garuk badan karena penyakit yang semakin parah. Di Nurul Fikri, kak Ardi, Annisa, dan Mia, pengajar Linguistik yang lain, ternyata datang. Gue merasa lega meski kita tidak tahu apa yang akan kita lakukan selama mengisi kelas nanti. Tapi, gue pikir, "kita lakukan secara spontan saja, deh."
Masih dalam keadaan bergatal-gatal, gue bersama tiga pengajar Linguistik lain mengisi sesi di kelas Day dan One. Kita memutuskan untuk membahas soal di buku NF. Melihat mereka, rasa malas gue sirna. Gue malah jadi bersenang-senang. Mengobrol, bercanda, dan sesekali membantu mereka menjawab pertanyaan di buku soal. Menyenangkan. Gue jadi tidak menyesal karena sudah datang. Memang selalu seperti ini. Berada di Mabit entah bagaimana selalu membawakan perasaan tenang, nyaman, dan senang untuk gue. Berinteraksi dengan para Mabiters itu membuat gue mengingat kembali bahwa gue ingin menjadi guru. Semua keluh kesah dan rasa malas hilang begitu saja hanya karena menghabiskan waktu dengan mereka.
Mungkin karena ini adalah passion. Mengajar dan menjadi guru adalah cita-cita. Dan meski sekarang gue masih jauh dari level seorang pengajar ataupun guru yang baik, berinteraksi dengan mereka membangkitkan kembali semangat gue. Gue jadi menangkap pelajaran dari rasa malas kemarin: Sebelum berkeluh kesah, sebaiknya kita mencoba untuk melakukan dulu karena bisa jadi hal yang kita khawatirkan tidak seburuk yang kelihatannya. Lebih dari itu, kita bisa membuat sesuatu yang buruk itu menjadi baik, tergantung bagaimana kita melihatnya. Selama kita mengerjakannya dengan lapang dada, kita pasti merasa tak terbebani~
0 komentar:
Post a Comment