"Sepasang burung itu lalu menutup sarangnya dengan selembar daun untuk melindungi anak-anak mereka. Setelah itu mereka ikut masuk ke sarang dan saling menghangatkan diri." - Papa
Gue masih sangat ingat cerita itu. Terakhir kali Papa mendongeng kisah keluarga burung ini adalah saat gue berumur 10 tahun. Lalu ia akan menyelimuti gue, Mas Inu, dan De Nanda, setelah sebelumnya memberikan kami botol berisi susu sebelum tidur *yep, gue masih ngedot sampai umur 10 tahun* kemudian dia akan tidur disamping kita seperti ayah burung yang diceritakannya.
Setiap hari, kita bertiga tidak bosan untuk meminta pengulangan cerita keluarga burung itu. Kadang Papa juga menceritakan kisah anak kecil yang tubuhnya sebesar jempol, lalu hidup di dalam batok kelapa. Katanya, saat ia kecil, Mbah Putri Blitar, ibunya Papa, juga menceritakan kisah itu kepadanya sebelum tidur.
Setiap pagi, kita bertiga dan Mama selalu mengeluh tentang banyak hal. Kadang, kita mengeluhkan tentang Papa. Kita melupakan banyak hal yang ia lakukan dan hanya terus mengeluh. Dengan sikap buruk kami yang seperti itu, ia bahkan masih menciptakan lagu cinta untuk keluarga kecilnya yang kurang bersyukur ini.
As a father, he might be not the best. But as my father, he is beyond incredible.
0 komentar:
Post a Comment