Monday, October 31, 2011

Zenkai Girl (Jdrama)


Jepang, sekali lagi, menambah rasa kagum gue pada negara sakura itu melalui doramanya. Zenkai Girl, salah satu drama musim panas tahun ini, adalah salah satu drama terbaik yang gue pernah tonton diantara semua drama Jepang tahun ini. Sulit bagi gue memutuskan mana yang lebih bagus antara Zenkai Girl dan Ikemen Desu Ne, tapi karena Ikemen Desu Ne adalah remake dari drama Korea dan bukan original dari Jepang, gue rasa Zenkai Girl menjuarai. Selain itu, ini bukan drama tentang cewek cross-dressing jadi cowok lagi. Tokoh utama drama ini juga nggak asing lagi: Yui Aragaki dan Ryo Nishikido dan juga didukung oleh kehadiran dua aktor cilik yang nggak kalah menawan, Kanon Tani dan Serai Takagi ~

Wakaba Ayukawa (Yui Aragaki) adalah wanita ambisius yang ingin menjadi pengacara internasional. Ia berangkat dari masa kecil yang suram; miskin, ayahnya ditipu oleh rentenir, dan ibunya sudah lama meninggal. Demi mewujudkan keadilan bagi dirinya dan mengubah nasib, Wakaba memaksa diri dari kecil untuk menjadi nomor satu dalam segala hal.

Wakaba and Hinata
Wakaba berhasil mendapat beasiswa untuk semua pendidikannya, dan akhirnya ia pun melamar di perusahaan pengacara internasional milik Shoko Sakuragawa (Hiroko Yakushimaru). Wakaba langsung diterima, namun bukannya diberi pekerjaan sebagai pengacara yang wajar, ia malah disuruh menjadi babysitter Hinata (Tani Kanon), putri tunggal dari Sakuragawa. Katanya, ini adalah ujian selama 3 bulan untuk menguji kemampuan sebelum ia diangkat sebagai pengacara resmi. Meski awalnya kesal karena Wakaba nggak suka anak kecil, ia memutuskan untuk menerima pekerjaan itu karena aturan hidupnya adalah, ia tidak akan berhenti di tengah jalan begitu memulai sesuatu, dan ia akan menyelesaikan pekerjaan yang diberikan padanya dengan sempurna. Hinata terbilang dewasa untuk umurnya yang masih 5 tahun, dan ia memiliki sikap sok yang sama seperti Wakaba. Ia sejak awal pun meragukan kalau Wakaba akan bertahan mengasuhnya, sama seperti babysitter-nya yang lain.

Suatu hari saat mengantar Hinata ke TK-nya, ia bertemu Yamada Sota (Nishikido Ryo), lelaki muda yang merupakan ayah tunggal dari sahabat Hinata, Pitaro. Sota adalah lelaki tanpa pendidikan tinggi, sangat sederhana, tidak punya tujuan hidup yang pasti, dan hanya bekerja sebagai koki di rumah makan kecil, ayah rumahan, seseorang yang sangat jauh dari tipe lelaki ideal bagi Wakaba. Namun karena tugas babysitting-nya, ia terpaksa bertemu Sota setiap hari dan berurusan dengan ayah-ayah rumahan yang lain. Aturan dari TK tempat Hinata dan Pitaro bersekolah mengharuskan Wakaba berpartisipasi dalam mengurus anak-anak kecil di TK itu. Sikap Wakaba yang selalu sangat tegas dan langsung dalam menyampaikan pendapatnya, baik itu hal baik atau buruk -dan kebanyakan sih buruk- membuat ia tidak disukai ayah-ayah teman Sota yang lain, namun hal itu justru menarik perhatian Sota. Meski cara penyampainnya kasar, Wakaba hampir selalu mengatakan hal-hal yang benar. 

Wakaba sebaliknya, kesal pada Sota yang lemah, apalagi setelah ia tahu bahwa Sota adalah koki berbakat dan pernah bekerja di restoran ternama, namun ia menyerahkan mimpinya dengan alasan: tidak mungkin membagi waktu mengurus anak dan bekerja sebagai koki profesional. Bagi Wakaba, tidak ada yang tidak mungkin, karena ia sendiri bisa membagi waktu untuk mengurus Hinata dan bekerja di kantor pengacara yang sibuk. Hanya perlu niat dan kemauan yang sungguh-sungguh. Sebenarnya, Wakaba diam-diam menaruh rasa kagum pada Sota karena ia bisa membesarkan Pitaro dengan baik sendirian, meski ia bukan ayah kandungnya.


Selain itu, Sota disukai semua orang atas kebaikan hatinya, namun Wakaba terus bertahan dan melawan perasaannya. Kedua orang ini pelan-pelan justru saling belajar dari satu sama lain: Sota yang akhirnya menyadari betapa pentingnya memiliki mimpi dan tujuan hidup yang pasti bukan hanya untuk dirinya, tapi juga untuk Pitaro, dan Wakaba yang pelan-pelan menyadari bahwa bukan hanya kesuksesan materilah yang terpenting. Wakaba diingatkan kembali oleh kehangatan keluarga dan darimana ia berasal.

Lalu kisah antara Hinata dan Pitaro, kisah cinta pertama anak kecil yang hebatnya bisa membuat kita menitikkan air mata. Akting Hinata keren banget, nggak kehilangan kepolosan anak-anak, tapi juga nggak menunjukkan sifat dewasa yang dibuat-buat. Honestly, I hope to see another season of Zenkai Girl with the whole new story with adult Hinata and Pitaro as main characters 😉

I rate it 95 out of 100! Porsi romansa, komedi, kesedihan, dan keluarga terangkai dengan imbang dan apik banget di drama ini. Gue sebenarnya ingin membahas secara detail hubungan antara Wakaba dan Hinata, hubungan Sota dan Pitaro, hubungan Hinata dan Pitaro, hubungan Hinata dan ibunya, hubungan Wakaba dan Ayahnya, dan hubungan keempat tokoh fantastis ini, tapi nanti gue malah akan membuat photobook dengan banyak halama. Melihat Wakaba yang bekerja keras membuat gue merasa belum melakukan apa-apa untuk cita-cita gue. 


Disini kita juga tau betapa pentingnya peran cita-cita orangtua untuk anaknya, peran keluarga untuk diri kita, dan seberapa pun hebatnya peran materi dalam hidup, materi terindah tetaplah keluarga dan keberadaan teman atau orang yang setia bersama kita. So many great things about this drama that I can't mention one by one. You should watch it yourself and value it yourself. It is really worth your time ❤


0 komentar:

Post a Comment