Sunday, April 22, 2012

Mati Lampu yang Mengembalikan Masa Lalu...

Semua orang pasti membenci 'mati lampu'. Ketika kita sedang asyik bermain komputer, menonton TV, tiba-tiba tanpa berita, listrik mati. Pada saat itu, gue cuma bisa mendoakan agar petugas PLN bisa menyelesaikan kerusakan gardu secepat mungkin sebelum mereka menimbun dosa karena orang-orang pasti menghujat-hujat mereka. Pasalnya, tidak ada pemberitahuan terlebih dahulu. Yah, gue nggak tahu sih siapa yang akan terkena dosa, petugas PLN-nya atau orang-orang yang menghujatnya...

Hal ini terjadi kemarin malam di daerah rumah gue pada jam 12 malam. Saat itu gue masih terbangun, asyik mengotak-atik komputer. Saat mati lampu itu, kedua orang tua gue terbangun. Mama memang nggak bisa tidur dalam gelap, sedangkan Papa dibangunkan Mama untuk memberikan rasa aman. Begitu beliau bangun, dia dengan sigap membantu gue menyalakan lilin di rumah, dan seketika itu juga gue merasa aman. Awalnya gue merasa agak seram karena rumah gue bernaung memang lumayan besar dan sudah tua, jadi wajarlah kalau agak merinding saat keadaan gelap gulita begitu. Tapi, keberadaan Papa menghapus semua rasa takut itu.

Papa pun segera menggelar kasur di ruang TV dan akhirnya gue, Mama, dan Papa tidur disana bertiga, sementara Adik gue, De Nanda, tidur di ruang tengah bersama teman-temannya yang sedang menginap. Btw, sudah beberapa hari ini gue selalu pulang malam dan hampir nggak memiliki kesempatan untuk mengobrol panjang dengan orangtua gue. Dan sepertinya, mati listrik itu adalah jalan untuk mendekatkan kita lagi. Bukan berarti selama ini kita menjauh, sih...

Malam itu, sambil tidur bertiga di ruang TV, gue mengobrol panjang lebar dengan Papa dan Mama tentang berbagai hal, dari arti-arti bacaan sholat, kisah-kisah Nabi, dan orang-orang miskin negara. Mama akhirnya ketiduran, sedangkan gue dan Papa terus mengobrol hingga jam 3 pagi. Gue selalu suka mengobrol dengan Papa. Gue merasa Beliau sudah cukup untuk menjawab semua pertanyaan gue. Papa selalu punya jawaban yang memuaskan rasa ingin tahu gue. Beliau sangat bijaksana dalam menanggapi hal apapun. Gue bisa menanyakan apa saja padanya, baik dari soal Agama, pelajaran, dan banyak lagi. Mungkin Papa bukanlah lulusan Perguruan Tinggi, bukan sosok yang sangat pintar dengan banyak penghargaan, tapi Beliau, bagi gue, adalah sosok yang sangat cerdas. 

Papa juga menceritakan kisah tentang awal mula Indonesia yang dulunya merupakan sebuah kerajaan bernama Majapahit. Beliau memang suka kisah-kisah Sejarah, dan dia menceritakan kisah-kisah kerajaan itu pada gue dengan antusias, tentang bagaimana kerajaan Majapahit pernah menjadi kerajaan terbesar, tentang bagaimana Islam masuk ke Indonesia, tentang kisah Jaka Tarub yang ternyata merupakan Putra dari Syaikh Maulana Malik Ibrahim, dan banyak lagi. Rasanya seperti kembali ke masa kecil. Dulu, Papa selalu menemani gue, kakak, dan adik gue dengan berbagai macam cerita sebelum tidur. Gue masih ingat kisah-kisah itu hingga sekarang. Dan gue merasakan perasaan nostalgia yang menyenangkan sambil mendengarkan Papa bercerita tentang sejarah-sejarah favoritnya...

Malam itu, ditemani cahaya remang-remang dari lilin di samping ruang TV, ditemani angin lembut yang menelusup masuk lewat jendela, ditemani nyamuk-nyamuk yang tidak terlalu ganas, gue kembali ke masa kecil bersama Papa. Memiliki Beliau di samping gue memberikan perasaan hangat yang nggak bisa dijelaskan. Saat itu juga gue sadar betapa sayangnya Gue sama Beliau. Dan betapa rasa sayang gue nggak ada apa-apanya dibanding rasa sayang Papa terhadap keluarganya. 

0 komentar:

Post a Comment