Monday, July 31, 2023

Hidup bersama Duka

Menuju 14 hari semenjak adikku pergi selamanya dari dunia ini, dan aku masih belum tahu bagaimana duka ini akan mereda. Aku bisa menjalani hari-hariku dengan biasa, melakukan aktivitas dengan biasa, dan aku sendiri heran, kekuatan darimana yang menguatkanku. Tentu saja dari Allah, satu-satunya tempatku menggantungkan semua kelemahan dan kesedihanku. Namun, meski semua terasa sama, aku tahu bahwa semuanya telah berubah sekarang. Menyadari bahwa adikku tak lagi ada di dunia yang sama denganku adalah duka terbesar yang kualami selama hidup, dan membayangkan bahwa aku akan mengalami duka yang sama jika suatu hari aku merasakan kehilangan orang-orang terkasih lagi... Mungkin hidup memang seperti ini adanya. Hasil usaha kita untuk terus bertahan ditengah kesedihan dan ujian tanpa pernah menyerah, berusaha jangan sampai hilang arah.

Aku terbiasa ditinggal kakak dan adikku pergi jauh dari rumah untuk waktu yang lama. Mereka berdua pernah kost untuk beberapa tahun, dan adikku sering menginap di rumah temannya seminggu. Tapi ternyata sama sekali tidak sebanding dengan mengetahui bahwa dia tak lagi ada, tak bisa lagi kurusuhi ketika aku sedang berdebat dengan mama, tak bisa kuomeli ketika aku sedang gemas saat cuci piring sendirian, ketiadaannya di rumah kami hingga saat ini membuat perbedaan yang begitu besar untuk kami semua. Aku tidak berani tidur di kamarku bukan karena rasa takut akan hantu atau semacamnya. Aku takut dengan diriku sendiri, dan kesedihan yang akan diam-diam menghampiriku jika aku sendiri di kamarku. Aku dan Mama selalu tidur bersama di ruang keluarga, melakukan semua bersama jika aku di rumah. Kami berdua dulu selalu bertiga dengan adikku sejak kakakku menikah dan memulai hidup barunya meski kami sering bertemu di akhir pekan. Namun, ketiadaan adikku yang kini selamanya membuat kami harus saling menguatkan. Entah sampai kapan duka ini akan ada bersama kami. Mungkin selamanya. 

Aku tahu bahwa kita tidak boleh berlarut dalam kesedihan. Namun siapalah aku, tak bisa mengendalikan otakku sendiri ketika ia tiba-tiba memutuskan untuk memainkan kenangan bersama adikku di waktu yang tidak terduga. Mungkin sebagai manusia, kita memang harus terus meminta kekuatan dan ketegaran, karena duka kehilangan orang yang begitu berharga bagi kita adalah selamanya. Di masa-masa tertentu, ia membaik, dan kita merasa bisa melaluinya, dan di waktu yang lain, ia menguasai kita kembali, dan hanya doa yang bisa kita panjatkan kepada-Nya agar kita tidak silap mata dalam duka.

Aku masih terus dan terus belajar hidup tanpa ada penyesalan. Hidup bersama duka tanpa dilemahkannya. Karena hanya itu satu-satunya yang bisa kulakukan. Untuk tidak menyerah, untuk tegar, karena kesedihan akan terus datang, namun hidup ini berputar, dan aku percaya kebahagiaan juga akan selalu mengiringiku dan menguatkanku karena aku telah berusaha.

0 komentar:

Post a Comment